Baru-baru ini aku membongkar-bongkar lemari bukuku dan menemukan beberapa buku lama yang menarik perhatian. Ketiga buku itu adalah Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana, Salah Asuhan karya Abdul Muis, dan Sitti Nurbaya karya Marah Rusli.
Merasa tak asing membaca ketiga judul ini? Most likely, yes. Ketiga buku ini beserta para pengarangnya seringkali disebut-sebut oleh ibu dan bapak guru Bahasa Indonesia jaman Es Em pE dulu sebagai contoh karya sastra dan sastrawan angkatan Balai Pustaka--terlepas dari apakah kita peduli apa itu angkatan Balai Pustaka atau nggak. Barangkali ada di antara anda yang dahulu termasuk siswa Bahasa Indonesia teladan dan peduli. Tapi aku termasuk yang bodo amat.
Merasa tak asing membaca ketiga judul ini? Most likely, yes. Ketiga buku ini beserta para pengarangnya seringkali disebut-sebut oleh ibu dan bapak guru Bahasa Indonesia jaman Es Em pE dulu sebagai contoh karya sastra dan sastrawan angkatan Balai Pustaka--terlepas dari apakah kita peduli apa itu angkatan Balai Pustaka atau nggak. Barangkali ada di antara anda yang dahulu termasuk siswa Bahasa Indonesia teladan dan peduli. Tapi aku termasuk yang bodo amat.