Selasa, 13 April 2010

Princess Maker ~ Menciptakan Putri-Putri Fiksi (Bagian 1)

Minggu lalu aku membuat catatan tentang menciptakan karakter. Minggu ini, aku ingin lebih spesifik sedikit, yaitu catatan tentang menciptakan karakter perempuan di dalam fiksi fantasi. Mungkin ada pertanyaan, kenapa harus spesial ngebahas karakter perempuan? Bukannya sama aja, karakter bagus ya bagus, jelek ya jelek, nggak peduli jenis kelaminnya? 

Benar sih. Untuk membuat karakter perempuan yang bagus, pedoman dasarnya sama saja dengan pedoman dasar menciptakan karakter yang bagus. Make her believable. Ciptakan tensi internal karakter yang membuat dia menarik.

Namun, ini baru pedoman dasar. Satu-dua pedoman tambahan  tentang bagaimana menjadikannya lebih "perempuan" mungkin bisa membantu agar karakter itu lebih menggigit. (Vampir kali?)
   
  
Bentar, bentar. Aku denger protes dari beberapa oknum di background. "Kenapa ga bikin pedoman penciptaan karakter laki-laki?" Ya gampang aja. Aku perempuan. Bukan laki-laki.  Lebih baik menulis tentang apa yang aku tahu. Namun, kalau nanti ada komentar/saran dari para pria mengenai bagaimana membuat karakter pria yang baik, silakan disampaikan. Suara anda akan tetap didengar, tanpa melihat apakah tampang anda macam Edward Cullen atau Hellboy.


*Suara announcer Mortal Kombat* "Round One... FIGHT!!!*

Okeh, selagi mereka berdua menyabung nyawa, mari kita kembali ke pokok bahasan. Hal pertama yang ingin kubahas adalah bahwa pada dasarnya ada beberapa tipe dasar karakter perempuan di dalam fiksi fantasi. Mereka adalah,

  1. The Princess in Distress
  2. The Warrior
  3. The BOW
  4. The USB
  5. The L-(Wo)Men 
  6. The Extra
  7. The Custom Character

    Mari kita lihat mereka satu-persatu.


    1. The Princess in Distress

    A.k.a Objek untuk Diselamatkan oleh Tokoh Utama Laki-laki. PiD biasanya muda, cantik, kelihatan lemah lembut, tidak berdaya, bergaun panjang berwarna pastel atau putih, dan memiliki rambut panjaaaaang (biasanya pirang), berkulit putih mulus, dan ga punya pekerjaan selain menjadi Tuan Putri. 

    Tipe PiD ini sebenernya lahir dari pemikiran jadul bahwa perempuan itu harus diselamatkan. Namun, jaman berkembang, para feminis muncul, dan mereka mengkritik depiksi ini.

    Untuk menyogok kaum feminis, penulis  modern biasanya memodifikasi PiD. Kini mereka seringkali digambarkan/disebutkan bisa berantem,  punya kekuatan sihir dan lain-lain. Namun, bagaimanapun kuatnya, PiD biasanya nggak digambarkan lebih kuat daripada tokoh utama laki-laki. Kalaupun pengarang menyebutkan dia lebih kuat dari tokoh utama laki-laki, di jalan cerita dia tetap terkesan dia lebih lemah. Alternatifnya, biar dia ga saingan sama tokoh utama, dia lebih kuat dari tokoh utama di bidang yang berbeda dari tokoh utama. (PiD healer sementara tokoh utama laki-laki ahli pedang.)

    Dan kekhasan PiD yang abadi adalah, di sepanjang timeline cerita, harus ada bagian dimana dia diculik/ditangkap/dibuat tak berdaya sama penjahat, tapi diselamatkan sama tokoh utama. Setelah itu biasanya mereka menikah dan hidup bahagia selamanya.

    Menurutku, masalah paling besar dari tipe ini  adalah  kecenderungannya untuk menaruh perempuan sebagai objek yang pasif. Si PiD nggak punya kendali akan nasibnya sendiri, dan nggak punya peran lebih dari diam dan menunggu untuk diselamatkan. Dengan kata lain, dia nggak lebih dari piala untuk disambar, satu lagi tanda prestasi tokoh utama laki-laki. 

    Aku kira para perempuan bakalan malas membaca buku yang menempatkan heroine belaka sebagai objek untuk diselamatkan. Untuk itu, saranku bagi orang yang mau membuat karakter dengan tipe PiD, please, jangan jadikan dia objek. Taruh nasibnya di tangannya sendiri. Bikin dia berpikir, memilih, dan bertindak sendiri. Lebih bagus lagi kalau dia punya impian dan tujuan hidup--yang bukan mengawini tokoh utama laki-laki--dan berusaha meraihnya. 

    Salah satu karakter PiD non-parodi terbaik yang kulihat sampai saat ini adalah Princess Tiana dari  film The Princess and the Frog. Oke, dia memakai gaun putri-putrian, muda, cantik, sabar banget, suka nyanyi, dan sempat kena kutukan hingga harus diselamatkan. Namun, penyelamatannya tidak dilakukan belaka oleh Prince Naveen. Dia berjuang setengah mati bersama si pangeran (yang OMG ngaco banget) untuk menyelamatkan diri mereka berdua. Tambahkan itu dengan fakta bahwa dia bekerja keras sebagai pelayan restoran karena berusaha menabung untuk membuka restoran sendiri... there you go. A fresh twist on an overused stereotype.


    2. The Warrior 

    A.k.a Super Woman atau Xena the Wannabe Princess. Tipe ini lahir barangkali dari kejenuhan akan tipe PiD, tapi bisa juga bersumber dari tokoh Atalanta dalam mitologi Yunani. Cirinya adalah kebalikan dari semua ciri tuan putri yang perlu ditolong, kecuali dua hal: muda dan cantiknya. Hehehe...

    Tipe W biasanya digambarkan jago memainkan senjata dan "bisa mengalahkan laki-laki meskipun dia perempuan." Kadang-kadang bahkan tokoh ini dilengkapi semacam aturan, baik tersirat maupun dinyatakannya sendiri bahwa  dia "gak bakalan jatuh cinta kecuali pada laki-laki yang bisa mengalahkan dia." Dan pada saat anda bisa mengendus aturan ini di cerita, fardu ain hukumnya ada karakter laki-laki yang mengalahkan dia dan akhirnya menjadi love interest-nya!

    Aksesoris dan properti lain untuk tipe W ini biasanya adalah dia berpakaian seperti laki-laki, membenci hal-hal kecewek-cewekan dan menganggap hal-hal kecewek-cewekan itu sesuatu yang lemah. Kalau dia nggak berpakaian seperti laki-laki, biasanya dia memakai baju berbahan kulit dan baju zirah yang bisa digambarkan sebagai swimsuit atau bikini versi medieval. Uhui~!  

    Kadang juga  mereka dilengkapi cerita latar super tragis yang menjelaskan mengapa mereka memilih untuk jadi Xena wannabe. Dan kalau si pengarangnya udah bener-bener cheesy, biasanya cerita latar ini ga jauh-jauh dari "heroine-diperkosa-lalu-berubah-jadi-Xena untuk balas dendam." Oh wow. 

    Tipe ini sedikit lebih mudah disegarkan daripada tipe PiD. Alasannya sederhana, karena tokoh perempuan seperti ini biasanya sudah merupakan subjek. Mereka sudah melakukan sesuatu untuk menentukan nasib sendiri. 

    Yang berpotensi membuat karakter ini basi adalah jika pengarang memakai karakter itu untuk menggambarkan bahwa hal-hal kecewek-cewekan sebagai sesuatu yang lemah, ga berguna dibanding hal-hal kelaki-lakian seperti bermain pedang dan panah dan bertarung. 

    Barangkali pengarang merasa ia mendukung emansipasi perempuan dengan membuat karakter perempuan seperti ini, tapi aku sama sekali tidak setuju. Mengapa, agar dianggap tidak lemah, perempuan harus meninggalkan hal-hal kecewek-cewekan? Mengapa ia harus meninggalkan identitas perempuannya sendiri dan dituntut untuk menjalani peran laki-laki?

    Inilah alasannya aku benci sama istilah Super Woman. Mengapa untuk menjadi hebat, tokoh perempuan harus menjadi Super Woman? Mengapa ia tidak bisa hebat hanya dengan menjadi Woman? 

    Bukankah hal ini menguatkan pandangan bahwa untuk menjadi hebat, seorang tokoh perempuan harus melampaui  ("supra") keperempuanannya, dan cara untuk melampaui keperempuanan itu adalah dengan mengharuskan ia memeluk kelaki-lakian? Tidakkah ini sebetulnya  menyiratkan bahwa  tempat untuk keperempuanan berada di bawah  kelaki-lakian, dan justru melukai emansipasi itu sendiri?

    Hal-hal kecowok-cowokan dan kecewek-cewekan (dan kecewok-cowekan) nggak diletakkan berjenjang dimana satu lebih tinggi dari yang lain. Oleh karena itu, bagi mereka yang ingin membuat karakter tipe W, mohon kiranya agar karakter ini jangan dijadikan kendaraan untuk menyampaikan ideologi Super Woman.

    Contoh karakterisasi tipe W yang bagus? Karakterisasi W manapun yang bisa menunjukkan bahwa si tipe W ini kuat tanpa merendahkan tokoh-tokoh perempuan lain yang memilih untuk hidup lebih girly. Xena sendiri di serialnya belajar dari banyak tokoh perempuan lain yang digambarkan lebih tradisional, seperti Lao Ma. Tapi tipe W favoritku adalah Selvaria Bles dari Senjou no Valkyria. Cantik, muda, kuat, dan cara penceritaan kisah cintanya dengan Pangeran Maximilian adalah salah satu cerita cinta tipe W paling bagus yang pernah kutemui. Bukannya si pangeran harus mengalahkan dia, tapi dia sendiri yang memilih dengan sadar untuk mencintai si pangeran dengan keteguhan yang berpadu dengan loyalitasnya sebagai Brigjen Kekaisaran.

    Untuk hari ini, aku hanya akan membahas dua tipe itu dulu. Minggu depan baru kita masuk ke tipe-tipe sisanya. In the mean time, kalau ada sumbangan pendapat mengenai dua tipe yang sudah kubahas, atau pertanyaan, silakan disampaikan seperti biasa.



    Luz Balthasaar

    35 komentar:

    Danny mengatakan...

    Insight yang menarik soal tokoh cewek PID. Aku nantinya juga mau bikin tipe karakter kaya gini juga, so this is really a helpful post.

    Luz Balthasaar mengatakan...

    @Danny,

    Senang bisa membantu. Good luck in creating your Princess, Dan! ^^

    Anonim mengatakan...

    Thx. Ulasan PiD-nya menyadarkanku tentang sesuatu yang "terlupakan".

    Tapi tentang PiD, boleh jadi ini memang tipe basi dan kuno banget (walau tema ini juga yang konon menyelamatkan Square dari kebangkrutan, "slay the dragon, save the princess"). Secara idealis, tipe ini memang "haram" bagi kaum hawa terutama partai feminis. Tapi secara psikologis, kukira ini tipe yang paling "in" untuk kalangan manapun internationally. Cowo-cewe-anak-anak-manula-remaja-putih-item-jelek-cakep, de el el. Grand theme: cowo aktif, cewe pasif. But of course, tergantung cara penuturan dan meramu "aktif-pasif"-nya itu. Kalo kebetulan bagus, bisa jadi insiden Swan-Cullen berulang.

    Oh, ya tentang Tiana sepertinya dia ga masuk kategori PiD. Penampilannya emang kaya princess tapi dia sama sekali ga distress. Malah dia lebih cenderung ke arah W. Kalo menurutku, potret Pid paling OK adalah Fiona dari Shrek. Aku juga suka karena akhirnya dia tetep jelek (walau aku lebih berharap dia balik lagi jadi cakep dan sexy, hehe).

    Sebelum ikutan berkicau, boleh dong, yang empat tipe sisanya itu ringkasannya gimana. Takutnya malah numbuk.

    Heinz.

    Luz Balthasaar mengatakan...

    @Heinz,

    Sekarang jarang sekali literatur atau film yang masih menampilkan si cewek cuma sebagai objek untuk diselamatkan. Bahkan Disney Princess pun semakin lama semakin membidik karakterisasi putri-putri mandiri. Coba lihat Disney Princess yang lebih baru--Pocahontas, Mulan, dan akhirnya Princess Tiana.

    Tiana aku ga masukin ke tipe W karena dia memang bukan Warrior. Dia ga pegang pedang dan tidak berkelahi. Dia independen tanpa memiliki atribut petarung, dan dia kena distress juga dalam wujud berubah jadi... kodok. XD

    Kalau Fiona, sejujurnya aku juga suka. Sependapat kalau dibilang dia adalah PiD yang oke berat. Sayangnya, dia itu putri fantasi parodi. Dan parodi akan mengaburkan kalau dipakai sebagai contoh.

    Soal empat tipe lain...

    The BOW: The Bi***tchy Overs***exed Woman
    The USB: The Universal Serial Boybait
    The L-(Wo)Men : a.k.a the Les**bian woman
    The Extra: a.k.a the mom, the nyokap tiri, the granny godmama, the evil witch, karakter antagonis/sekunder yang kurang muda dan kurang cantik,
    The Custom Character: Custom Tailored Heroine.

    Ada usulan tipe baru?

    Anonim mengatakan...

    Nice article, mba ^^

    Dan *uhuk uhuk*, membaca komentar di atas dan artikel sebelumnya, si BSwan kayaknya udah dapet dua gelar, M.S & PiD. =))

    *Peace buat penggemar Twilight saga*

    Adrian.

    Juno Kaha mengatakan...

    Euh, kenapa ada tipe L-(Wo)Men??? Apakah sebanyak itu yah tipe yg satu itu di bidang fikfan? Ato gw yg salah dgn menganggap ini klasifikasi berdasarkan fikfan semata?

    Setahu gw kalo di karya dalam negeri, tipe ini masih jarang banget dipake krn dianggap bersifat tabu dan haram hukumnya (sepanjang pengetahuan gw).

    Hehe.

    Hehe.

    Luz Balthasaar mengatakan...

    @Adrian, haha, Bella itu sebenernya tipe USB XD.

    Dan itu nggak selalu berarti jelek. Semua tipe itu bisa dipakai secara basi maupun tidak basi. Aku sih cuma ngasih petunjuk di titik mana tipe itu rawan basi, supaya kalau mau ya dihindari.

    @Juun, di kita memang belum. Tapi di luar negeri, OMG banyak banget. Anggaplah ini sebagai catatan awal seiring makin terbukanya media kita pada hal-hal macam itu.

    Juno Kaha mengatakan...

    Ah, I see. Dari semua fikfan terjemahan yg pernah gw baca, gw blm pernah nemu karakter macam itu makanya gw kira aneh juga sama Signora dimasukin jd tipe tersendiri. Kalo boleh tahu (kalo dari light novel Jpg, gw tahu hampir semua yg karangannya Fukami Makoto pasti ada tipe karakter yg lg gw omongin) cerita non-lokal apa aja yg pernah Signora baca dan ada tipe karakter L-(Wo)Men itu?

    Hehe.

    Anonim mengatakan...

    Memang sih definisi Princess Disney itu agak blur. Belle yang golongan bunga desa juga masuk kategori ini. Tiana juga pasti bakal masuk meski dia jadi puteri gara-gara kawin ama Naveen.

    Tapi teuteup, menurutku Tiana ga masuk kategori PiD. Alasan di balik distress kodok-nya juga semata gara-gara "tertipu" uang yang dijanjikan si Naveen. Jadi dia sama sekali ga memenuhi definisi "piala yang harus diselamatkan" dan "ga ada bagian dia diculik". AKA dia ga berada di posisi pasif.

    Ya, jaman gini memang bakal sulit menampilkan tipe PiD sebatas piala. Ga kan ada lagi deh Guinevere ato Andromeda ato Drupadi (?) yang nongol sebatas jadi piala. Tapi kalo model Sinta atau Aurora atau Belle yang notabene juga berfungsi piala tapi diberi sedikit porsi, kupikir sejarah bakal berulang. Meski porsinya itu seringkali hanya sebagai penyemangat atau "malaikat" penuntun si tokoh utama cowo.

    Let's see some example:
    1. Mario dan Zelda. Duo ini masih tetap konsisten mengusung tema "save the princess" meski udah nyaris tiga dekade lewat. Tapi yah, ini mah jangan terlalu dianggap karena titik beratnya di gameplay bukan di storyline.
    2. Kairi dari Kingdom Heart. Wooo, ini jelas piala banget. Tapi bukan sekedar piala tentu saja.
    3. Ashley dari RE4. Ini asli piala.
    4. Rinoa dari FFVII. Bau PiD-nya pekat banget.
    5. Si puteri bintang dari Stardust. PiD yang bagus dan beda menurutku.
    6. Enchanted. PiD yang konyol dan dimodernisasi.
    7. Arya dari Eragon juga awal-awalnya memenuhi banget kriteria PiD meski akhirnya kaga.
    8. Xiao Qiao dari film Red Cliff.

    But somehow, sepertinya aku lebih banyak nemu karakter PiD ini di game. Kalo di novel sih ga terlalu kepikir. Tapi mungkin juga gara-gara bacaanku yang belum numpuk. Hehe.

    Tapi ya tipe PiD ini memang bisa jadi masalah kalo karakter ceweknya digambarkan cakep, piala, namun terutama LETOY. Inilah alasannya film Clash of Titan versi baru enggan mengusung pasangan Andromeda-Perseus karena memang sama sekali ga da motivasi love interest antara keduanya selain sebatas piala.

    Tipe yang memang basi banget tapi ga bakal lekang dimakan waktu. Asal tau cara meramunya.

    Heinz.

    Anonim mengatakan...

    Nongol lagi untuk bahas topik yang beda....

    Weleh-weleh, ada kategori "L"?

    Idem kayak Juun, aku juga gak pernah nemu karakter kaya gini di novel-novel fantasi yang aku tau. Kecuali kalo manga. Salah satunya CLAMP ==> RG Veda. Dan sukses aku dibuat il-pil. Tapi kalo dari Eropa/USA, aku sama sekali ga tau. Ada contoh cukup terkenal yang bisa dishare, Sis?

    Ehm, kupikir BOW itu memang denotatif dari Biological Organic Weapon. AKA tipikal cewe android/cyborg/artificial yang masih polos, buta cinta (ahak ahak) tapi kuat banget. Contoh: MOMO Xenosaga, Celles FFVI, Terminator Series, de el el. Tapi ternyata singkatan itu dari....ehem-ehem....

    Gak sabar nunggu minggu depan.

    Heinz.

    Juno Kaha mengatakan...

    Kalo dari Jepang itu salah satunya buat fan-service (menyenangkan fans entah semata entah nggak) makanya ada karakter penyuka sesama jenis, baik co maupun ce.

    Hah, yg di RGVeda bkn ilfil, Heinz? Itu masih mending, IMHO. (ketahuan banget gak sih manga yg diam2 gw baca itu genrenya apa ...)

    Hehe.

    Luz Balthasaar mengatakan...

    @Heinz,

    Justru itu poin yang bikin Tiana seger, Heinz. Karena dia ga berada di posisi pasif dan ga jadi piala yang diselamatkan. Makanya dia jadi PiD yang ga klise. Jadi princess juga ga berarti dia harus punya royal blood atau kawin sama pangeran. Asal dia punya karakteristik keputri-putrian itu.

    Kalau Rinoa, Ashley, dan Kairi, itu PiD klise. (Makanya aku nggak seberapa senang sama mereka.) Kalau Princess Giselle dari Enchanted, yup, itu PiD yang rada seger juga.

    Dan ga harus diculik kok. Asal somehow dia dibuat ga berdaya. Ini terjadi ketika dia jadi kodok, meskipun dia ga langsung berubah karena Dr Facilier.

    Dan BTW, Mario ga sama Zelda tuh. Mario itu sama Princess Peach. Dan Princess Peach pun akhir-akhir ini karakterisasinya berubah, bahkan sempat dinobatkan sebagai "Most Powerful Videogame Politician" kali. Kalau Zelda mah sama Link...

    Dan yang terakhir, soal "Yang basi ga bakal lekang dimakan waktu asal tahu caranya." Seperti biasa, pertanyaanku adalah, tahukah anda caranya?

    Itu sebabnya aku menulis artikel ini, untuk menunjukkan salah satu cara merevitalisasi PiD, yaitu meninggalkan karakteristik pasif dan piala.

    Kalau L type di USA, udah banyak banget kali. Batwoman yang paling baru tuh L-(Wo)Men. Trus di Buffyverse juga ada. Penduduk Themyscira, Pulau asal Wonder Woman juga, banyak yang L Type... Makin lama Marvel dan DC tokoh-tokohnya makin banyak yang LGBT. XD XD XD

    Kalau di Jepang sih ga usah ditanya lagi. (Iyah Juun. Ketahuan banget sih kita baca genrenya apaan, wakakaka... altho aku lebih sering baca yaoi drpd yuri XD)

    Kalau novel, banyak juga sih. Cuman karena memang susah dicari di Indo dan berhubung aku juga males mesen karena ga minat baca tema-tema L, liat disini aja...

    Daftar Syur-Syur

    Anonim mengatakan...

    @luz
    Haha, ya akhirnya memang balik ke pertanyaan: gimana caranya? Tapi yang seperti dibilang, ini memang tipe-tipe princess yang berpotensi basi. Bukan berarti jelek ato ga bakal laku ato ga diterima lagi. So, kalo emang mau bikin yang model piala dan pasif, please take full caution.

    Maksudnya bukan Mario dan Zelda. Maksudnya game Mario dan game Zelda. Soalnya terakhir baru maen Mario Galaxy, eh ternyata si Peach masih juga jadi korban penculikan. Kalo Zelda-Link, belum tau deh...

    Tentang Ashley, iya, sih tuh cewe trouble maker banget. Tapi kalo dia ga ketangkep dan dihelp mulu, ga seru juga aksi si Leon.

    @juun
    Yang tentang RG-Veda itu, gimana ya?
    Soalnya awalnya udah OK. Keren-keren apalagi 4 jendralnya. Eh, makin ke belakang....
    (soalnya ketika itu, aku belum cukup tau bahwa Clamp suka menyertakan "bonus begituan")
    Genre diam-diam? Ehem-ehem-ehem, kaga ikutan ah.

    Heinz.

    Juno Kaha mengatakan...

    *barusan ngintip list yg dipajang Signora* Ternyata banyak juga kalo dari luar, tapi gw gak pernah ada yg tahu judul2 ama pengarangnya kecuali Ursula K. Le Guin. Kalo gak salah dia yg bkn Tales of Earthsea kan? CMIIW.

    @Signora: Kalo listnya mau di-expand, ada penulis dari Jepang yg--sepanjang pengetahuan gw berdasarkan cerita temen gw yg baca--di setiap light novel hasil karyanya dia pasti ada karakter L-(Wo)men. Gw sampe krik2 pas tahu soal itu. Entah itu obsesi ato gimana kok di HAMPIR SETIAP serialnya ada ...

    Salah satu light novelnya cukup terkenal, judulnya Young Gun Carnaval (YGC). Nama si pengarangnya Fukami Makoto.

    Di Jepang yg namanya JAV aja sah sih, jd pasti lbh bebas lg kalo ke media lain. :P

    @Heinz: Hah, sampe Tsubasa Reservoir Chronicles jg kyknya masih ada bonus itu. Di Cardcaptor Sakura yg (seharusnya) bersih jg ada bonusnya kalo2 elu kurang nyadar. :D :D

    Hehe.

    Anonim mengatakan...

    @juun
    Jujurnya aku sih ga terlalu banyak baca manga. Soalnya terlalu jamur. Ga semuanya berkualitas gambar ato cerita bagus. Sering kecele jadinya.

    Tapi aku ingat sebelum baca RG Veda, aku baca Rayearth dulu. Season 1 sih rasanya bersih. Tapi season 2 memang ada dikit. RG Veda juga awal-awalnya ga kentara. Tapi akhirnya ada juga. Mengenai kenapa harus ada ya, itu terserah si penulisnya. Cuma ada ato ga ada juga sama aja soalnya kesannya cuma tempelan. Kalo cardcaptor sih aku ga liat. Ga gitu tertarik. Begitu pula Tsubasa. Kalo X....yah gitulah....(perasaan seri ini udah lama banget ampe diterbitin dua penerbit beda tapi gak tamat-tamat juga....)

    Heinz.

    Juno Kaha mengatakan...

    @Heinz: Memangnya kamu kira X pernah ditamatin manga-nya ama Clamp? :D :D Gak pernah setahu gw, makanya stuck biarpun udah diterbitin ama 2 penerbit berbeda. :D Kalo game ama anime ato OVA-nya, itu emang tamat versi media masing2. :P

    Rayearth ada yah yg menjurus? Gw malah lupa.

    Hehe.

    fiksimetropop mengatakan...

    saia cukup menyimak saja perdebatan seru di sini, maklum referensi anime, manga, game, novel fikfan saia masihhhh minimalis, pokoknya yg berbau Jepun dan game di atas, saia ngga 'dong' sama sekali.

    btw, entah karna kepengaruh hampir sebagian besar bacaan saia yang adalah romens2an atow karena saia cowok, saia kok cenderung suka yang tipe PiD, no offense, klo dalam dunia khayal tentu saja saia ingin bisa selalu "menyelamatkan" sang putri, meski ya ada kalanya juga saia gemes melihat putri yang lembek betul..

    oke, ditunggu yg putri tipe lainnya...

    *eh, klo Princess Mia-nya Meg Cabot di Princess Diaries masuk tipe mana? PiD atow W?*

    Luz Balthasaar mengatakan...

    @Heinz, Juun, Rayearth ada tuh, Si Eagle ma Lantis, si Eagle ma Geo... kakakakaka.

    Catatan buat L-Type ini nanti kayaknya juga bisa dipakai untuk cowok2 G-Type XD XD XD XD

    @Mas Ijul, wajar aja sih kalau suka ma tipe PiD. Mau dibikin dia diselamatin juga ga papa. Tapi ya purposenya dia jangan cuma itu, plizz...

    Rata-rata orang yang aku kenal ga suka tokoh putri yang ga melakukan apapun selain jatuh cinta ama cowok dan diselamatkan. Kalau fungsinya dia cuma dua itu, dia nggak akan jadi tokoh. Dia cuma piala. Benda.

    Poinnya, untuk para Tuan Putri, please, have a life, have a dream, have a purpose other than being a trophy!

    Klo Princess Mia, aku ga tahu yah, soalnya belum baca Princess Diaries. Tapi kalau dia ga dituntut berantem dan angkat senjata sih, PiD kali.

    Anonim mengatakan...

    @ijul
    Sepertinya Princess Mia ga masuk keduanya deh. Soalnya tuh buku menjurus chick lit bukan fantasi. Petarung gak masuk, piala pun gak masuk. Biar sis Luz yang konfirmasi.
    Lalu tentang PiD, hm, kalo bandingannya animasi Disney, jujurnya aku juga lebih suka Beauty and The Beast ato Cinderella daripada Frog. Memang sih lebih PiD dan pesan moralnya lebih "dogol", but somehow for me lebih "fairy tale".

    @luz
    Ya betul si Lantis itu...Dan itu baru ada di season 2. Ga ngerti kenapa harus ada adegan itu.

    @juun
    Astaga, jadi di sononya juga memang gak tamat? Soalnya OVA tamat "mengenaskan", kupikir aku pengen tau tamat versi manga-nya.

    Heinz.

    Feline mengatakan...

    Kalau Hermione Granger masuk tipe mana? :D

    Einwei, suka artikelnyaaa >:D< G sabar nunggu lanjutannyaa~

    Luz Balthasaar mengatakan...

    @Mas Ijul, Heinz, kayaknya aku harus baca Princess Diaries sih, kalau mau menggolongkan. Ada yang mau minjemin ga... *minta gratisan mode ON!*

    @Feline, aku benernya pengen masukin Hermione ke custom made heroine, mengingat dia nggak masuk ke salah satu cetakan tipe heroine populer yang ada. She's quite original, I think.

    Juno Kaha mengatakan...

    Princess Diaries itu bukannya yg dari org biasa gak tahu apa2 tahu2 didaulat jadi seorang putri?

    Hehe.

    Anonim mengatakan...

    @luz
    Ada filmnya kok. Yang maennya Anne Hathaway. Kalo ga salah, itu film pertama yang melambungkan nama dia jadi aktris. Dan sekali lagi, kupikir ini bukan genre fantasi. Lebih cenderung ke teen lit malah.

    Oya, tentang PiD(lageeee....aneh, warrior sama sekali ga kepikir apapun). Kupikir ada padanannya di pihak cowo. Kasih nama apa ya.... "Man with Golden Heart" begitu? Atau mungkin "Jesus-like"?

    Ciri-ciri positif: berhati emas, kelewat merciful, dicintai semua orang. Ciri-ciri negatif: letoy, culun, plin-plan, pernah diculik, sering menjerumuskan teman-temannya dalam masalah besar. Tapi meski bego dan gemesin, somehow karakter ini selalu mendapat justifikasi dan disanjung-sanjung.

    Tokoh-tokoh yang masuk dalam kategori ini: Frodo, Liu Bei, Song Jiang dari Batas Air, Yudhistira (oooh, i hate this man so much), Kamui dari X, Paris of Troy, de el el.

    Wander dari Tanril juga nyaris memenuhi kategori ini andai dia ga jago kungfu.

    Bedanya lagi dibanding PiD, biasa tipe ini dapet porsi pemain utama, bukan sampingan. Tapi sepertinya tipe ini udah ketinggalan jaman. Agak susah nemu di cerita fantasi modern karena ga asik kalo lakon utamanya ga bisa tempur.

    Heinz.

    Luz Balthasaar mengatakan...

    @Heinz, kalau cowo, entahlah mau dikasih nama apa...

    Kalau Jesus-like, syaratnya berat nih:

    1. Harus bisa ngubah Aqua jadi Johnny Walker. Minimal Heineken.

    2. Harus bisa ngasi makan satu kelurahan dengan 2 potong gindara bbq dan 5 Papabunz/Rotiboy.

    3. Harus menguasai ninjutsu jalan di air.

    4. Harus bisa nge-exorcise setan lebih cepet dari Dante (Devil May Cry).

    5. Dan yang paling berat, harus mati di kayu salib dan bangkit di hari ketiga tanpa bantuan mantra undead-nya necromancer Kel'Thuzad (Warcraft III).

    As you can see, being Jesus is hard... O_O

    Terlepas dari beban menjadi juruselamat, memang ada tipe khusus untuk karakter cowo pasifis lemah lembut gitu ya. Tp batasnya masih rada kabur nih. Kamui kan bisa berantem, bukan? Frodo juga, toh dia punya Sting. Apakah dia sama sekali ga bisa berantem kayak Yudhistira, atau kemampuan berantemnya minim, atau gimana ni?

    Aku juga punya satu contoh cowok bego macam gini. Bedanya, dia asli menyenangkan: Italia Veneciano dari Hetalia Axis Powers.

    Dia tokoh utama, tapi nggak disanjung karena kebegoan dan kepolosannya. Dua hal itu malah dijadikan bahan banyolan, untuk menunjukkan bahwa dia sebenernya orang baik yang jadi korban situasi.

    Tapi ya, itu memang anime komedi antarnegara yang isinya co2 manis, jadi gimana aku ga suka, coba. XD

    Berkenaan dengan itu, bagaimana kalau istilahnya "Cinderella Boy" ajah? XD XD XD XD

    Anonim mengatakan...

    Oops sori-sori-sori-sori beribu-ribu kali. Sepertinya aku menggunakan istilah terlalu SARA. Cinderela boy is fine. Tadinya aku mau pakai istilah Godlike. But ciri khas karakter ini memang soft, baik hati, pemaaf, rela berkorban, doyan mengalah, dan segala ciri positif lainnya. Ya, begitulah, sama sekali bukan mengacu pada konteks juruselamat-nya.

    Tapi ya itulah ciri negatifnya. Plin-plan dan sering melibatkan kawan-kawannya dalam masalah. Frodo bikin si Sam sibuk setengah mati. Kamui juga rasanya terlalu banyak plin-plan.

    Again, sorry. Akh! Gag bisa diedit lagi!

    Heinz.

    Luz Balthasaar mengatakan...

    @Heinz, gpp kok. Sebenernya lucu juga sih kalau dibilang Jesus-Like. Cuma kalau make nama Sang J-Man, mau ga mau pasti kepikiran sisi savior-nya. Dan Mukjizatnya.

    Ngubah Aqua ke Johnny Walker... mau booo~ tapi ntar bingung gimana ngadepin aparat cukai, hahaha.

    Lagi contohnya Kamui sama Frodo, jd ya... aku kira dia harus jadi 'hero' juga. XD

    Jd ini dia harus bisa berantem ga?

    calvin mengatakan...

    aku sendiri udah berusaha ngebikin karakter perempuan yang ga tipikal diculik, tapi ujung2nya diculik juga, walau background plotnya ga sesimpel "ujung2nya dinikahin pemeran utama", soalnya terakhirnya mereka semua mati :)).

    Luz Balthasaar mengatakan...

    @calvin,

    Yang mana tu? Ashra di Jukstaposisi? Atau bukan? O_O

    Anonim mengatakan...

    @luz
    Tentang si "J", waktu pas tercetus nama ini, aku kebetulan terpikir tentang sacrifice.

    Bisa berantem ato ga sih kupikir ga gitu penting. Tapi karakter ini memang punya porsi lebih dalam cerita. Dan kecenderungannya bikin masalah.

    Let's see:
    1. Frodo. Ya, dikit-dikit dia emang bisa berantem. He's the choosen one, yes. Harus nyelametin dunia dengan cara menghancurkan the one ring. Tapi ni orang pasti bakal gagal total kalo ga da si Sam. Gampang banget dibodo-bodoin Gollum.
    2. Kamui. Rasa-rasanya ni anak muda juga galau terus ampe lebih dari 10 seri. Padahal dia juga mengemban misi besar. Mungkin masalah usia? I don't know.
    3. Liu Bei. Mudanya dia bisa gelut. Tuanya agak payah. Tapi sering kali dia plin-plan dan ga bisa ambil keputusan. Untung punya Zhuge Liang, Guan Yu dan jendral-jendral hebat lainnya.
    4. Yudistira. Wah ini ga usah ditanya lagi. Apa maksudnya dia ikutan judi terus istana, sodara-sodara bahkan istrinya dijadiin bahan taruhan. Tapi toh akhirnya yang berhasil sampai tahap kesucian cuma dia doang.

    Tokoh cowo pasif yang paling berkesan buatku paling si Thomas dari Suikoden 3. Gimana dia seorang pemuda lemah, tanggung, seadanya tau-tau dikasih beban ngurus istana terlantar. Tapi dia ga nyerah dan bekerja keras bikin istananya jadi bagus. Bahkan saat diserang pun, dia berani ambil keputusan.

    Si Singa Narnia juga punya sisi bagus dalam hal sacrifice. Smart. Mengalah untuk menang. Maklum, potret langsung dari "J".

    Kalo tokoh dunia nyata, menurutku, Gen. George Washington bisa jadi panutan. Ni jendral harusnya agak plegmatis. Makanya dia mengundurkan diri dari jabatan presiden ketika masa kerjanya sudah habis dengan sukarela. Alasannya: mau menikmati masa tua di rumah.

    Oya, menurutku ada satu tokoh PiD dunia nyata yang mungkin cukup bagus buat dijadiin acuan: Queen Elizabeth 1. Masa mudanya dikucilkan. Sifatnya juga girly, doyan pake baju bagus, modis, dan mudah dirayu. Tapi kalo udah urusannya sama English, dia jadi Lion.

    Heinz.

    Anonim mengatakan...

    @Heinz

    Kelemahan Yudistira yang paling besar bukannya dia seneng banget sama judi ya? Agak-agak menjurus ke obsesif malahan. Dia suka banget sama judi dari kecil, bahkan ada satu pamannya (sori lupa namanya, Widura kali, atau Dorna mungkin ya, yang ngasih tau kelemahan itu ke Kurawa. CMIIW) yang pernah ngajak Yudistira kecil maen judi dadu, dan si Yudistira ga bisa berenti maen walau ga makan-makan.

    Karena itulah Yudistira dengan gampangnya bisa diajak maen judi sama Kurawa. CMIIW.


    Adrian

    Luz Balthasaar mengatakan...

    @Heinz... I see. Jadi yang nyebelin dari tipe Cinderella Boy ini adalah kalau dia plin-plan dan ga bisa tegas dan ga tumbuh-tumbuh juga dari sifat itu ya.

    Contoh Thomas itu menarik. Aku belum main Suiko III, tapi dari deskripsi kamu dan komplain soal Kamui, kuncinya kalau mau bikin tipe ini ga nyebelin ialah dia harus keluar dari "ketidakmatangannya".

    Intetesting. Setelah Euravia, aku mau bikin novel fantasi kedua. Idenya dah ada, dan salah satu tokohnya adalah tipe Cinderella Boy ini, walau rencananya bukan dia tokoh utamanya. Aku jadi dapat gambaran bagaimana mengembangkan karakternya.

    Good point also nyebut Washington dan Ratu Elizabeth. Elizabeth especially. Jadi cewek girly itu asik kok. Dan itu akan jadi lebih asik lagi kalau dia bisa stand up pada saat ia harus stand up.

    @adrian, sebetulnya, aku membaca penjelasan lain mengapa Yudhistira tidak bisa berhenti bermain judi. Dan itu bukan karena dia pecandu judi atau bodoh.

    Yudhistira itu kan kasta kshatriya. Sebagai kasta kshatriya, dia ga boleh menolak tantangan dari kshatriya lain (Duryodana juga kshatriya).

    Makanya, begitu dia ditantang terus main judi, dia ga bisa menolak. Sekalipun tantangannya adalah mempertaruhkan saudara, kerajaan, dan istri.

    Tapi aku rada lupa dimana aku baca ini sih.

    Anonim mengatakan...

    @Luz

    Atau emang dua-duanya mba. Maap saya tau Mahabharata cuma dari komiknya RA Kosasih, itu pun cuma baca bundel C dan D-nya doank, a couple of decades ago :D (Huaaa. Ketahuan deh umur dan angkatan gw)

    Seinget saya emang awalnya dibikin suasanya nyaman dan bersahabat oleh para Kurawa, dan Yudistira dengan senangnya ikutan main. Lalu terjadilah hal itu. Dan dia ga bisa nolak tantangan dari Duryudana.

    Maap kalo salah, dan CMIIW.


    Adrian.

    Anonim mengatakan...

    @Adrian
    Nama paman yang ngajak judi Sakuni. Pro kurawa. Dialah yang "maksa" Yudistira menyerahkan segalanya. Tapi aku baru tau kalo si Yudistira itu emang obsesif judi. Kemungkinan nama paman yang ngasih tau kelemahan itu adalah Dorna.

    @luz
    Duh jadi alasan judinya itu gara-gara kasta. Tapi sebagai ksatria, bukannya dia harusnya mempertaruhkan hartanya sendiri? Kok malah mempertaruhkan sodara, kerajaan, rakyat, dan istri (Drupadi ini istri pandawa bersaudara lho). Konsep ksatria yang sungguh aneh. Dan sebenarnya dia punya opsi mengalah dan menolak main lagi karena taruhannya itu kan ga sekali bablas, tapi berbabak-babak. Mana Sakuni juga pake dadu "licik". Para Pandawa yang lain juga udah curiga dan menyarankan agar berhenti.

    Yang lebih hebat lagi, pas terakhir mendaki Mahameru yang lolos kan cuma Yudistira ama doggienya doang. Alasannya: cuma Yudistira yang berhati bersih. Emang sih ni orang emang baek banget. Dia bahkan sama sekali ga benci ama Kurawa yang menjerumuskan dia. Cuma yah...yang bener aja....

    Tapi emang sih kalo si Yudistira ini gak bikin very big trouble, ga kan ada epic mahabrata dan bharatayudha yang wah itu.

    Heinz.

    Luz Balthasaar mengatakan...

    @Heinz, kalau menurut sumber-sumber yang kubaca, Yudhistira mempertaruhkan saudara dan istrinya itu juga ada alasannya.

    Begitu dia kehilangan harta dan istananya, dia bilang dia ga bisa main lagi karena hartanya habis, dah ga ada bahan taruhan.

    Lalu Duryodana dengan resenya nanya, "Lha, tu masi ada sodara, masi ada istri. Kenapa ga mereka dijadiin bahan taruhan?"

    Karena itu tantangan, sekali lagi dia susah nolak. (Mengenai aneh nggaknya, tanya aja sama yang bikin konsep kasta.)

    Apalagi Mister D ngasi iming2 klo dia menang semuanya bakal dikembalikan. Kekomporlah Bhima dan Arjuna untuk sukarela mempertaruhkan diri, didukung Nakula-Sadewa sampai Drupadi. (Walau Bhima setujunya sambil ngamuk maki2 Duryodana sih. XD)

    Oleh Karena Daripada Itoe, si Yudhistira maju lagi atas desakan saudara-saudaranya. (Padahal benernya he's ready to call it quits.) Sialnya mereka ga tau Om Sakuni udah ngeganti dadunya dengan dadu curang. Ya mereka kalah lagi dan akhirnya jadi orang utan... ~_~

    So masalahnya bukansemata-mata kebegoan si Yudhistira. Masalah situasi sih.

    Anonim mengatakan...

    Hm, ya sepertinya memang ada sesuatu dengan masalah perjudian Yudistira ini. Terlalu cepat men-judge.

    Maklum dapet ilmunya dari buku cergam dwiwarna jaman 70 - 80-an warisan ortu. Jadi ya ga terlalu mendalam.

    Ya, kupikir mungkin juga sih masalah situasi. Kalo emang sebagai ksatria harus tarung ampe mati ya itu pula yang harus dilakoni. Toh budaya dan adat istiadatnya memang begitu.

    Mungkin harus baca Mahabrata yang versi tebel biar lebih paham bener-bener.

    Heinz