Selasa, 27 April 2010

Princess Maker ~ Menciptakan Putri-Putri Fiksi (Bagian 3)

Akhirnya kini kita sampai di bagian akhir dari pembahasan tokoh-tokoh cewek di dalam kisah fiksi fantasi. Selama dua minggu sebelumnya aku sudah mencatat tentang empat tipe: tipe PiD, tipe W, tipe BOW, tipe USB. Kalau membaca respons-respons yang kudapat, mungkin ada baiknya kutegaskan ulang kalau tipe-tipe ini bukan dengan sendirinya jelek. Kalau jelek dengan sendirinya, tentu aku ga nyantumin contoh favoritku dari tiap tipe, kan? (Kecuali tipe USB.) Hanya saja, sudah terlalu banyak yang memakainya sehingga dalam pandanganku mereka jadi rada basi.
   
 
Bagiku pribadi, jawaban "klise itu ga apa-apa asal tahu cara membawakannya dengan fresh" adalah pernyataan 'refleks' (kalau ga boleh dibilang 'malas',) yang kayaknya udah terprogram tiap kali ada rangsangan untuk memperdebatkan klise vs. orisinalitas.  Jawaban protokol standar yang hampa bak upacara bendera hari Senin. Pokoknya baris, kibarin bendera, hormat, dengerin petuah, selesai. Baik peserta maupun pembina ga  mendapat  nasionalisme tambahan dari upacara itu. Kalaupun dapat sesuatu, paling pegel dan panas aja, hehehe.
  
Aku belajar dari seseorang bahwa ada cara untuk menguji apakah orang itu benar-benar tahu apa yang dia omongin, ataukah cuma ngikutin protokol standar. Coba beri dia pertanyaan, "Lalu gimana caranya ngebawakan klise dengan fresh?" 

Kalau dia mengucapkan pernyataan tanpa bisa menjawab pertanyaan, dia jelas cuma ngikutin protokol standar.
  
Karena aku nggak mau ikut protokol standar itulah, artikel bersambung ini kutulis sebagai usaha untuk mencatat bagian-bagian mana yang menurutku nggak banget dari tipe-tipe karakter cewek, sehingga kalau mau ya modifikasilah bagian itu. Kalau ada yang bisa menunjukkan bagian lain yang juga menyumbang pada kebasian, your opinions are welcomed.

Untuk itu, mari kita lanjut ke tipe berikutnya. Sambutlah The L-(Wo)Men, The Extra, dan The Custom Character.



5. The L-(Wo)Men
 
A.k.a The Girl-on-Girl, CPC (Cewek Penyuka Cewek), The Butch/The Femme. Aku mendapat pertanyaan dari Mantoel Toeink/Juunishi Master soal ini. "Apakah tokoh semacam ini ada di fiksi fantasi Indonesia?" Belum secara mainstream. Namun, sastra Indonesia makin terbuka, maka kita bisa meramalkan bahwa mungkin suatu saat ada fiksi fantasi  Indonesia yang rada mainstream dimana tokoh utamanya adalah para L-(Wo)Men ini.

Soal gambarnya, iyah, aku tahu Chobits ga segitunya eksplisit, tapi aku kan ga mungkin majang yang over disini gitu. Ntar diblok sama bagian IT kantorku. 

Dari cerita-cerita dan sinopsis yang pernah kubaca sejauh ini, para L-(Wo)Men ini memiliki karakteristik umum diantaranya, masa lalu buruk yang biasanya ga berkisar jauh dari penolakan masyarakat terhadap orientasi mereka. Kadang mereka dibuat berada di lingkungan/masyarakat/planet dimana semua warganya cewek, dengan demikian mereka nggak punya jalan keluar selain menyukai cewek juga. Dalam urusan fisik, biasanya ada dualisme butch-femme. Satu cewek itu lebih kelaki-lakian (butch) sementara satunya lebih lemah gemulai (femme). Aku pernah nemu satu pasangan dalam fiksi fantasi luar, Promise of the Witch King karya R.A. Salvatore, dimana butch-nya manusia dan femme-nya half-elf, hehehe.

Whoops, kayaknya aku malah ngasih ide yang nggak-nggak nih. Lanjut ah.

Masalahku dengan tipe L-(Wo)Men cuma satu. Iuvat Inconcessa Voluptas, kata orang Romawi. Forbidden Pleasures are Sweet. Orientasi mereka terlarang dalam kacamata masyarakat, dan sesuatu yang terlarang itu biasanya manis. Ini membuat mereka terlalu gampang dieksploitasi.

Kadang-kadang si pengarang kayaknya terlalu getol memasukkan penggambaran mendetail soal bagaimana mereka berbuat ini dan itu. Dan bukan cuma gambaran itu kelewat detail dan panjang, tapi juga diluar konteks. Ga ada hujan ga ada angin, kok tahu-tahunya nyambung ke bip-bip dan tut-tut? Essentially, the character development is shunned in favor of the sleaze factor. Dia jadi dua dimensi, karakternya bertumpu pada penggambaran perbuatan-perbuatan bip-bip dan tut-tut. Lebih kocak lagi, kadang-kadang perbuatan bip-bip dan tut-tut para karakter ini diceritakan dengan bahasa koran merah yang kejuuuuu~ banget.

Karena itu, aku menyukai para  L-(Wo)Men yang nggak dieksploitasi sama pengarangnya. Aku sebagai pembaca nggak merasa dia memorable cuma karena dia rajin berbuat ini dan itu. Seharusnya dia punya tujuan lain, hidup lain selain ngasih fanservice ke pembaca (atau pengarang sendiri), kan?

Contoh cewek L-(Wo)Men yang kusuka, hmm... sebenernya ini nggak L banget sih. Tapi seperti kataku tadi aku nggak suka jika mereka dieksploitasi secara keju. Jadi, aku mau menyebut cewek-cewek Noir, Kirika Yuumura dan Chloe.  Tapi aku lebih senang hubungan Kirika sama Mireille, meski levelnya cuma 'nyerempet' dan nggak frontal sekali...


6. The Extra

A.k.a Tokoh Sampingan, Nyokap, Guru Bijak, Nenek Sakti. Nggak banyak yang bisa dibahas soal yang satu ini, karena mereka memang dibuat untuk menjadi peran sampingan. Tipikalnya mereka perempuan yang 'lewat' dari usia prima untuk jatuh cinta. Alias usia nyokap atau usia nenek. (Habis, semua perempuan muda cantik 'kan job-description-nya adalah "potensial menjadi love interest" buat hero, hehehe.)  Kadang mereka ditempatkan sebagai figur ibu yang baik, mentor, guru pemberi nasihat, atau ibu (tiri) berkuasa yang menindas anaknya, atau generasi tua jadul yang kurang paham pada aspirasi anak-anak muda.

Yang namanya tokoh sampingan pasti nggak akan dikembangkan lebih dari tokoh utama. Itu wajar. Namun, keterbatasan pengembangan ini bukan alasan untuk menjadi kurang kreatif. Apapun peran mereka, kenapa kita tidak mencoba memberikan detail-detail kecil yang membuat karakter sampingan ini memorable? Itu bisa membantu menghidupkan cerita dan dunia yang kita ciptakan, biar kesannya di dunia itu yang hidup bukan cuma tokoh utama dan geng-nya doang.

Salah satu tokoh sampingan tipe nenek mentor yang kusuka dari dulu adalah Eyang Sinto Gendheng dari serial Wiro Sableng jaman dulu. Sayang ya aku ga punya gambar si Eyang. Oleh karena itu akan kutaruh satu karakter nenek lain yang juga aku suka. Profesor Minerva McGonagall dari seri Harry Potter. Galak dan kakunya itu kadang bikin gemes. Tapi kalau lagi ngaco, ngaco juga, walaupun selalu berusaha jaga imej biar gak kelihatan ngaconya.


7. The Custom Character

A.k.a The Custom-Tailored Female. Ini tipe karakter terakhir dalam penggolonganku. Karakter seperti ini biasanya sulit digolongkan ke salah satu tipe yang terlalu umum dipakai seperti diatas. Biasanya karakter seperti ini dibangun dari dasar. Dan cara membangunnya nggak terlalu susah, meski memang agak ribet dibanding membuat karakter yang sesuai 'tipe' seperti diatas.

Hal paling susah dari memuat custom character adalah mendapatkan bayangan dia itu seperti apa. Ini juga alasannya mengapa membuat karakter bertipe itu lebih gampang: karena kita punya bayangan kasar tentang dia itu tokoh seperti apa. Kalau dia putri, ya harus ada lemah lembutnya, dan harus ada pangerannya. Kalau dia prajurit, pikir senjatanya dan cara bertarungnya.

Oleh karena itu, waktu membuat custom character, aku biasanya memcoba membayangkan dulu dengan jelas dia itu seperti apa. Membayangkan pekerjaannya, atau perannya di dalam cerita, selalu menjadi titik mulai yang mudah buatku. Dari situ aku mulai membayangkan hal-hal lain berkaitan dengan pekerjaan atau perannya, seperti, apa latar belakangnya dia memilih pekerjaan itu? Berkaitan dengan latar belakangnya, bagaimana sifatnya? Berkaitan dengan sifatnya, bagaimana tingkah laku, raut wajah, atau bahkan pakaiannya? And so on. Pertanyaan itu akan kulanjutkan sampai aku mendapat bayangan  kasar tentang sifat dan wajahnya. Lalu aku mulai menulis.

Kita ambil contoh custom character yang pernah disinggung Feline, Hermione Granger. Entah bagaimana J.K. Rowling menciptakan dia, tapi yang paling pertama menarik aku dari karakter ini adalah perannya atau pekerjaannya di dalam cerita. Dia adalah otak sekaligus 'polisi' yang mengingatkan teman-temannya untuk tidak melanggar peraturan, tapi juga membantu mereka melanggar peraturan jika diperlukan. Sehubungan dengan itu, ya tentunya dia harus pintar. Karena pintar, dia jadi pelajar teladan. Dan sebagai pelajar teladan, dia patuh aturan.

Peran dia juga nggak satu. Di dalam bangunan cerita juga punya fungsi sebagai bukti absurditas 'supremasi darah murni'. Makanya dia dibuat kelahiran muggle, untuk mendobrak anggapan bahwa hanya penyihir berdarah murnilah yang bisa andal dalam memakai sihir. 

Rowling juga pintar untuk tidak memberi dia terlalu banyak kelebihan. Dia digambarkan menarik, tapi nggak super cantik kayak Fleur Delacour. Kadang sifat patuh-aturan dan rajin belajarnya dia juga bisa bikin susah dirinya sendiri, seperti yang terjadi di The Prisoner of Azkaban.

Jadi, kembali ke catatan pada  postingku beberapa minggu sebelumnya, ciptakan tensi internal karakter. Ini juga layak diingat dalam membuat karakter tipe lain.

Okay, dengan ini bahasan untuk bikin karakter cewek selesai juga. Minggu depan aku belum memutuskan mau memuat apa, tapi mungkin sesuatu yang agak ringan dibanding ini. Antara bikin catatan soal penulis-penulis muda yang "luar biasa", atau soal batas ero***tika, sastra wangi, dan por***no***grafi. Hehehe...




Luz Balthasaar

13 komentar:

Juno Kaha mengatakan...

*kasih aplaus*

Saya melihat nama saya disebut2. :P Mgkn gw akan menambahkan bagian L-(Wo)Men. Kemarin ini gw ngeliat2 di wiki--link yg Signora kasih sblm ini--rata2 fikfan yg mengandung karakter L-(Wo)Men ini memang lbh karena situasi, misalnya emang seplanet ce semua or whatever yg pasti co-nya entah ke mana. Ini juga ada di komik Amrik yg judulnya Y: The Last Man, di Bumi para lelaki punah dan cuma tinggal satu. Kebayang gak tuh situasi macam itu?

DAN! Gw mau protes ah soal relationship L-(Wo)Men yg bisa dijadiin fave! NOIR itu cuma berapa persen, nyaris gak kentara. Gw jauh lbh menyetujui (merestui?) kalo yg disebut2 tu Tsukasa-Subaru di .hack//SIGN. :D :D

*Psst, Signora udah nonton dua judul lagi yg dibilang Koichi Mashimo sebagai "trilogi" Girls with Guns? "Trilogi" itu sbnrnya: NOIR, MADLAX, El Cazador de La Bruja* >:)

Hehe.

Luz Balthasaar mengatakan...

@Juun, Tsukasa dan Subaru juga bisa kali ya. Cuman player mereka kan jadiannya pas terakhir banget, bukan?

Lagian Tsukasanya kan cowok, sementara Subarunya cewek. Jadi sepanjang cerita hubungan mereka hetero. Sama aja kayak Noir, kali?

Madlax ma El Cazador belum. Mungkin nanti aku nyari. Udah 'dapat' Rapidshare sih.

Anonim mengatakan...

@Luz

Mba, maap. Saya masih ga ngerti soal L-(wo)Man ini. Mereka itu tipe cewek-cewek perkasa ya? Atau tipe cewek maskulin (jadi mereka suka cewek)?

Dan kayaknya si Chii di Chobits kurang masuk deh. Emang sih ada adegan p*gang-p*g*ngan antara Chii dan Black Chii, tapi menurut saya enggak menjurus ke *tut tut tut* dan *biib biib biib*

The extra buat cowok kayaknya ada juga tuh. Sama kayak versi cewek, dia biasanya eyang atau bapak yang bijak, yang kadang fungsinya cuma ngasih tau si tokoh utama adalah the chosen one atau ngasih pedang warisan atau apalah yang ga jauh-jauh dari itu :D

Btw, eyang Gandalf termasuk the extra ga ya? *cium tangan eyang Gandalf* Dia ga termasuk tokoh utama ga ya? Tokoh utamanya si Frodo dan Aragorn bukan? Kelihatannya dia tokoh sampingan, tapi porsinya banyak. Perannya banyak. Jadi bingung :D Tapi kayaknya enggak lah ya :-P Dia termasuk tokoh utama kayaknya.

Soal Hermione, saya pernah baca kalau dia itu adalah alter ego-nya si Rowling; Hermione adalah Rowling waktu kecil: ambisius pengen nomor satu dan paling hebat :D Si Rowling ngaku kok. Tapi yah, Rowling pastinya nammbah-nambahin soal Muggle-born dan segalanya biar masuk ke cerita.

Luz Balthasaar mengatakan...

@Anonim, pendapat yang kamu katakan itu tipikal miskonsepsi L-(Wo)Men di masyarakat kita.

Dia nggak harus perkasa/maskulin dan karena itu jadi suka cewek.

L-(Wo)Men ini cewek manapun, baik dia digambarkan perkasa atau lemah lembut, yang suka sama cewek juga.

Iyah, yang lembut dan suka ma sesama cewek juga ada kok.

Nomor dua, aku masukin Chobits karena meskipun nggak ada bagiannya yang eksplisit, subteksnya tetap hubungan L. Nggak perlu sampai bip-bip dan tut-tut.

Tokoh-tokoh Marvel dan DC comics juga banyak yang LGBT dan mereka ga pernah digambarkan bip-bip dan tut-tut. Malah penggambaran hubungan mereka jauh lebih tidak eksplisit dibanding Chobits deh.

Jadi, yang kusorot disini adalah orientasi dan subteks hubungan mereka. Bukan eksplisitnya.

Pernyataan kamu juga membawa miskonsepsi bahwa kalau kita nyebut tokoh-tokohnya L, maka unsur se***ks eksplisit harus muncul.

Pdahal, pemikiran macam inilah yang menjebak penulis untuk mengeksploitasi L-(Wo)Men, seakan-akan kalau mereka L, maka kehidupan mereka nggak akan jauh-jauh dari bip-bip dan tut-tut.

Padahal kenyataannya, Se***ks cuma satu faset dari kehidupan mereka. Nggak ada bedanya dengan orang-orang hetero.

Dan kalau orang hetero di dalam fikfan nggak dieksploitasi, mengapa para L-(Wo)Men ini harus dieksploitir? Mengapa harus ada standar ganda?

Kalau Gandalf, aku tetep bilang dia tokoh sampingan. Dan yup, dia masuk tipe "kakek bijak". Alasannya, karena peran dia sebagai mentor Frodo. Ditambah lagi, porsi cerita dia dibanding Frodo masih banyakan Frodo kan...

Lalu soal Hermione itu adalah alter ego Rowling, aku juga pernah dengar itu. memang patut dikagumi bagaimana dia memasukkan dirinya di dalam cerita sebagai karakter yang segar sekaligus jauh dari model wish-fulfillment fantasy.

Anonim mengatakan...

@Luz

Em, anonim di atas itu saya mba, Adrian. Maap lupa kasih nama :D

He he he, akhirnya saya ngerti tipe L-(wo)Man :-P Dan ternyata ga harus eksplisit tut tut tut dan bib bib bib =))

Dan eyang Gandalf emang the extra ternyata :D *sungkem sama enyang Gandalf*



Adrian

Juno Kaha mengatakan...

Btw, Signora, satu temen gw titip pertanyaan yg berkaitan ama poin pertama posting ini. :D :D

Dia tanya misalnya karakternya berkelamin ganda (dikenal dgn futa di anime/manga/novel/game Jepang) apa bakal termasuk ke kategori L-(Wo)Men juga ato gimana?

Hehe.

Luz Balthasaar mengatakan...

@Adrian, Oh, Adrian toh, wkwkwkw. Si eyang Gandalf memang tokoh sampingan, tapi panjangnya LoTR itu memungkinkan dia dikembangkan sedemikian rupa hingga perannya banyak. Ah, irinya sama Mbah Tolkien, bisa nulis begitu panjang dan diterbitkan...

@Juun, Aku agak2 lupa soal Futanari ini. Kemaren baru nyelidikin lagi dan "oooh, gitu yaaahh." Kayaknya kalau futa aku nggak akan masukin ke L deh. Soalnya, satu, dia nggak bisa dibilang perempuan karena dia berkelamin ganda. Nomor dua, di Jepang sendiri futa itu genre yang beda dengan yuri bukan? CMIIW.

Fenny Wong mengatakan...

hehehe... seringnya aku nemuin kesulitan dan jadi off track kalau terlalu membuat tokoh ekstra menjadi unik. dengan ngebuat mereka jadi unik, biasanya memakan banyak page dan malah menyimpang dari cerita utama. jadinya, walaupun sekarang aku pastikan setiap tokoh punya karakter masing-masing, tapi aku nggak ngegarap mereka terlalu jauh juga..

Juno Kaha mengatakan...

@Luz: Hmm. Gw rasa gak bisa dikategori ke L krn dia statusnya berkelamin ganda yah ... Gimana kalo gender bender? Dari co/ce dan krn suatu insiden berubah total jadi ce/co pokoknya kebalikannya? :D :D

@Wong: Karakter unik itu mencuri spotlight dari karakter utama yg mungkin kita desain sederhana dan biasa (bukan dgn tujuan biar gampang sih, tapi lbh ke tujuan biar dekat dengan pembaca :P dan karakter normal itu pny peluang perkembangan lbh bagus daripada yg udah luar biasa), sepanjang pengalaman gw sih. :P Mgkn kalo dianalogikan, kyk Naruto. Naruto itu pemeran utama, tapi kalo penggemar serial itu ditanya karakter fave, lbh sering ketemu yg jawab Sasuke ato karakter lainnya yg dimaksudkan sebagai karakter sampingan. :P Spotlight karakter utama baru saja dicuri dari Naruto dan mgkn butuh sekitar 20 volume utk mengembalikan spotlight ke jalur yg benar.

Hehe.

Luz Balthasaar mengatakan...

@Juun, kok ngendus Ranma 1/2 ya aku ~_~. Kalau itu tergantung penokohan dan jalan ceritanya. Kalau tokohnya kayak Ranma, jelas bukan. Tapi kalau dia co, trus jadi ce, dan tetep ngejalin hubungan ma ce-nya, dan itu jadi fokus cerita, ya jelas mereka berdua bisa dijadiin L-(Wo)Men.


@Wong, ngasi ciri khas ga berarti mereka harus nyolong spotlight, dan memang mereka nggak usah dikembangin terlalu jauh.

Dan kadang kita nggak bisa menghindari tokoh sampingan lebih disukai daripada tokoh utama, meskipun si tokoh sampingan dikembangkan lebih dikit. Jadi ya, kalau buatku, kalau keunikan karakter bisa memperkaya cerita, mengapa tidak?

Yang penting adalah menjabarkan mereka semua dengan baik sehingga mereka believable.

Juno Kaha mengatakan...

@Luz: Ada contohnya yg permanen, manga, judulnya Kashimashi: Girl Meets Girl. Kalo2 penasaran mau liat. :P Seinget gw banyak mangascannya dan udah tamat kok serial itu.

Hehe.

Luz Balthasaar mengatakan...

@Juun... ntar klo lagi pengen lihat L-type aku cari deh, wehehehe ^^

Sementara ini lagi ngebut naskah sendiri, mau benerin beberapa bab ^^

AbyssCrawler mengatakan...

gw sangat terkesan dengan Sophia dari Howl's Moving Castle. menurutmu dia tipe apa?
custom kah?