Senin, 13 Februari 2012

Behind the Lore ~ Bedah Cerpen Dongeng Kanvas

Saia kayaknya sudah cukup lama nunda mempromosikan Fantasy Fiesta 2011 di blog, padahal buku ini memuat salah satu cerpen saia. Ini covernya...
  
  
Yup. Silakan diserbu di toko-toko buku terdekat, sudara-sudari. Best Seller di beberapa toko buku, lho!!  Jangan lupa seri sebelumnya juga, Fantasy Fiesta 2010, kalau belum punya. Cerita saia sebelumnya, Kota Para Penjarah, juga ada di sana.
 
Nah, ceritanya, tadi saia lihat tanggalan dan nyadar, "OMG, besok 14 Februari! Saia harus kasi hadiah Valentine's Day untuk para pemampir blog!" Maka jadilah, saia menggali-gali konsep yang dah kesimpen lama di otak saia yaitu...
 
The Making of Dongeng Kanvas!
    
 
Pada post kali ini kita akan mengintip inspirasi dan riset di balik Dongeng Kanvas. Banyak tips-tips menulis yang keren dan berguna bisa anda dapatkan dari pembahasan ini. Makanya cepat beli bukunya, biar anda bisa ngeh apa yang saia omongin disini, dan bisa menulis semakin keren, kalau perlu sampai level dewa-dewi!
 
*Senyum SPG*
 
Ahem. Baiklah. Anda-anda yang sudah punya buku Fantasy Fiesta 2011, silakan dibuka bukunya tepat di cerita saia yang berjudul Dongeng Kanvas. Mereka yang sudah membacanya selama event Fantasy Fiesta 2011 mungkin sudah tahu ceritanya, tapi mereka yang belum tahu, ijinkan saia mengutip premis Dongeng Kanvas yang ditangkap dengan sangat keren oleh teman saia, M. Ulin Nuha...
  
"Ceritanya tentang Una, gadis buta yang bercita-cita menjadi pelukis kerajaan mengungguli kakeknya. Kakeknya memiliki kelebihan dalam melukis peri karena memercayai bahwa peri itu memang ada. Dan Una dihadapkan pada pilihan, untuk memercayai keberadaan peri atau meyakini logika dan menganggap bahwa peri yang tiap hari mendatanginya hanyalah dusta."
    
Waktu saia mendengar Fantasy Fiesta 2011 dimulai, saia menyempurnakan sebuah draft dari cerita yang idenya saia sudah punya sejak lama. Ini sumber ide saia...
   


  
Yup. Ladies and Gentlemen, meet Esref Armagan, The Blind Painter
 
Saia ingin bikin tokoh cerita saia lebih muda, maka jadilah Esref saia sulap jadi cewek remaja. Namun, saia pikir cewek ini perlu figur mentor sekaligus rival. Seharusnya ada yang mengajarkan dia melukis, dan ada seseorang yang ingin dia saingi.
 
Maka saia ciptakan satu lagi tokoh yang didasarkan pada Esref, yaitu kakek si cewek, pelukis istana.
 
Dari sini konflik langsung muncul. Si cewek mau melampaui kakeknya, tapi tidak ada yang percaya dia bisa, karena dia buta. Sederhana, dan gampang dimengerti.
 
Tapi saia juga kena masalah. Esref Armagan is pure awesomeness di video. Namun, bagaimana menggambarkan apa yang bisa dia lakukan di dalam sebuah cerita?
 
Kebetulan saia hobi melakukan apa yang disebut oleh Fredrik Nael (pengarang Bentala - Imaji, cerita pembuka Fantasy Fiesta 2011), sebagai "menggunakan sesuatu untuk mengungkapkan sesuatu yang lain." Bahasa noraknya, metonimia. Dari situ saia dapat ide untuk meloncat satu teknik dari metonimia, yaitu dengan menggunakan sinestesia, atau pertukaran pengindraan, untuk menuangkan apa yang dilakukan Esref Armagan di dalam cerita saia. Selanjutnya saia gak akan jelasin lebih jauh. Tidak lain dan tidak bukan adalah supaya anda semua membaca ceritanya, dan membeli bukunya.
 
Berikutnya, saia harus memikirkan bagaimana si cewek bisa  melampaui kakeknya. Karena ini cerita fantasi, pikiran saia langsung kebawa untuk naruh elemen fantasinya di sini. Si cewek buta. Makanya dia jadi bergantung pada indra, dan nggak bisa memercayai apa yang gak bisa dia indra. Padahal, bukankah esensi fantasi adalah memercayai sesuatu yang nggak bisa kita indra?
  
Sampai di sini saia dapat konflik kedua untuk si cewek: antara percaya indra, atau percaya kata kakek. Tapi kalau cuma kata-kata, pembaca bakal sulit nangkep. Fantasi itu harus mengalami eksternalisasi. Tapi dalam wujud apa, saia belum ngeh.
   
Kemudian saia ingat legenda Irlandia tentang leanan sídhe atau kekasih peri. Ceritanya, masyarakat sana itu percaya kalau ada peri-peri tertentu, biasanya perempuan, yang bisa menjadi kekasih seorang manusia. Selama ia menjadi kekasih si manusia, ia akan memberi inspirasi untuk membuat karya-karya seni yang luar biasa, yang nggak mungkin dibuat si manusia dalam keadaan biasa.
  
Tapi sebagai imbal baliknya, dia memakan jiwa si manusia. Akibatnya ya... si manusia itu akan mati muda, atau jadi gila.
 
Euh.
 
Pada dasarnya, legenda leanan sídhe adalah penjelasan gaya Irlandia kuno tentang mengapa artis-artis dan seniman banyak yang... ya begitulah. 
 
Tapi saia gak mau cerita ini jadi cerita psycho atau horor, jadi legenda itu saia adaptasi. Pertama, perinya saia jadikan cowok ganteng saja deh. Biar bisa bikin fanservice... maksud saia, kisah cinta tersirat. Hehehe.
 
Kedua, saia nggak bikin perinya makan jiwa. Sebagai kompensasinya, saia bikin twist-twist lain. Saia nggak akan ngasih tahu apa, tapi katakanlah, peri memiliki kekuatan luar biasa, tapi sihir mereka dibatasi oleh beberapa aturan. Silakan dibaca sendiri. (Baca: Beli Plis!)
  
Ketiga, saia harus bikin penampilannya dia rada beda dari peri biasa. Pikiran pertama langsung hinggap ke satu poin yang paling gampang kelihatan dari peri: sayap. Normalnya peri punya sayap kupu-kupu. Namun, memakai sayap kupu-kupu buat peri cowok adalah sesuatu yang... yah, katakan saja, berpotensi bikin eneg.
 
Saia kebetulan pernah mendengar entah di mana, entah salah atau benar, bahwa kata tonbo, atau capung dalam bahasa Jepang, adalah nama yang lazim dipakai untuk komponen nama maskulin di Jepang kuno. Jadilah saia dapat ide untuk memberi sayap capung ke si peri. Walaupun, kalau cuma sayap capung, jadinya biasa.
  
Untuk yang ini juga saia gak akan cerita lebih lanjut, mengingat bagian pengungkapan bentuk sayap si peri adalah bagian favoritnya Mbak Dewi Putri Kirana, pengarang Candu Aksara, cerpen pemenang Fantasy Fiesta 2010. Silakan dibaca sendiri lagi. Atau kalau mau, lihat ilustrasi di akhir post ini. (Walau menurut Mbak DPK, penggambaran di ilustrasi itu nggak sebagus di deskripsi dalam ceritanya...)
 
Berikutnya, mumpung udah pakai legenda Irlandia, akhirnya setting cerpen saia bedol desa dari Ankara ke Irlandia versi fairy tale.
 
Di sinilah saia mulai menetapkan nama-nama karakter supaya cocok sama setting. Untuk si cewek saia pengen yang gampang diingat, jadi saia pake nama cewek paling pendek dan paling aneh yang bisa saia temukan dari mitos Irlandia. Dari situlah saia akhirnya memutuskan untuk memakai nama Una, yang sebetulnya nama untuk seorang ratu peri.
 
Nama yang kedua saia pikirin adalah nama untuk kakek Una. Kalau yang ini kayaknya bener-bener random. Entah kenapa saia tiba-tiba kepikiran Santo Petrus, (iya, aneh, saia tau,) maka saia putuskan untuk cari bentuk Irlandia dari nama Petrus. Sedikit riset, dan ketemulah Peadar.
  
Nama ketiga, nama menteri, tabib, dan teman Una di dalam cerita. Ini completely random juga. Untuk nama menteri, pas waktu nulis saia lagi dengerin soundtrack Pirates of the Carribean, dan saia inget nama bapak  Captain Jack Sparrow, Captain Teague. Seingat saia Teague itu ada bentuk Irlandianya, jadi saia ngeriset, dan ketemulah nama Tadhg. (Dibacanya kalau ga salah "teyg," sih.)
 
Untuk nama tabib dan temen Una, saia memilih dari tanaman-tanaman yang diasosiasikan dengan Ogham, atau aksara Irlandia kuno. ketemulah Dair, yang berarti oak, dan Coll, yang berarti hazel.
   
Dan untuk yang terakhir, nama perinya sendiri. Ini saia mikir lamaaaaa banget. Baru terakhir-terakhirnya saia menemukan ide untuk ngasih nama peri ini dengan nama salah satu warna dalam bahasa Irlandia kuno. Namanya juga peri seni, gituh. Wajar kayaknya kalau dia dinamai dengan nama warna.
 
Masalahnya, warna apa? @_@
 
Mari sama2 bayangkan peri ganteng ini memakai baju seperti warna di bawah...
 
Putih? Kayak dokter dong. *Ngelirik Anggra T, Bu Dokter yang mengarang Noel, salah satu cerita bernuansa gelap di dalam Fantasy Fiesta 2011* eh... tapi peri saia bukan peri dokter, jadi kekna ga cocok.
 
Item? Gak ah. Kesannya kek vampir.
  
Ijo? Gak ah. Kayak Tinker Bell-nya Disney ntar.
 
Biru? Uh... gak.
 
Ungu? Gaaaaaakkkk~!!!
 
Pelangi? NOOOOOOOOOOOOO!!! *mati sejenak*
 
Pelangi dengan Sparkle? GYAAAAAAAAAAAAAA!!! *mati lagi, res plz*
 
Merah? *diem sesaat, dan tiba-tiba kepikir ide kostum shirtless dengan warna daun-daun dan bunga musim gugur yang merah* Ooooh yeeeaaaaah~~
  
Dari situlah saia dapat ide untuk bikin ilustrasi ini...
    
  
Jadi begitulah pertimbangannya kenapa peri saia warnanya merah, dan kenapa pakaiannya begitu. Ya, saia juga manusia, punya rasa dan bisa fangirling. Jangan samakan dengan pisau belati. (Duh, reference-nya basi...!)
 
Maka saia meriset sedikit lagi, riset terakhir yang saia lakukan, dan menemukan bahwa kata 'merah' dalam bahasa Irlandia kuno adalah... Ruis.
 
Oh. Good name~!
  
Selanjutnya, saia tinggal menulis sisa-sisa yang perlu dituliskan, menaruhnya di e-mail, dan mengirimkannya ke panitia lomba Fantasy Fiesta 2011. Terima kasih kepada para pembaca dan peserta Fantasy Fiesta 2011 yang telah memberi saia kritik dan saran, kepada para juri yang telah memilih cerita ini untuk diikutsertakan di dalam kumpulan cerpen, dan tentunya... kepada anda semua yang menikmati Dongeng Kanvas.
 
Terutama, tentu, kalau anda beli bukunya.

Semper Excelsior,
 
 
 
 
 
Luz Balthasaar
Apakah beda dusta dan nyata, jika yang manapun menghasilkan keajaiban?

17 komentar:

asnwords mengatakan...

aosem......................
kenapa oh kanapa akhirnya harus.......

Dya Ragil mengatakan...

Gyaaaa! Tante Luz, ini merupakan salah satu top three di list cerpen favorit FF2011 saya XD
Ternyata begitu toh prosesnya *manggut-manggut*
eniwei, deskripsinya cantik, diksinya juga menarik ... saya banyak belajar dari cerpen ini :D
sankyuu XD

Anonim mengatakan...

eh, ada namaku disebut-sebut :D

ulinnuha mengatakan...

eh ada namaku juga disebut-sebut :D *malah ini yang dibahas

oh jadi gitu asal muasalnya? Kota Para Penjarahnya dibedah juga dong~

Anastasia Kosasih mengatakan...

Saya masih mikir ini tipe romance fantasy yg saya suka banget banget deh. Tutur bahasanya cakep. Fanservice ada. Alurnya ga ketebak. Endingnya super menyentuh dan maha nendang. Jadi apa yang kurang?

Kalau nanti ada kesempatan buat ketemu cc Luz lagi, saya mau minta tanda tangan di setiap halaman cerpennya aja ah. ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

*fangirling* *fangirling*

Luz Balthasaar mengatakan...

@Asrina, kekna dikau termasuk tipe rajamwati yak, yang memprotes endingnya... T_T
__

@Tante Dya... Tulis repiuna di Gudrids duuuunk~~ :"D *hgarep* Senang kalau post ini membantu. Sankyu balik :D
__

@Om Fred: Di doa iiiibu kudengaaar~ ada namaaaku disebuuut~ #RohaniLawas
___

@Om Ulin, boleh aja, mumpung saia lagi iseng bikin cerpan Kota Para Penjarah. Yang ini lebi simpel dari Dongeng Kanvas sih, harusnya. Tapi liat2 dulu yak... sop iler ga ke cerpannya. XD
___

@Chie: *kabur*

*ditangkep ala Selamanya Bersamamu*

*disuru ttd*

*bangun*

Oh... mimpi *fyuh...*

Anggra mengatakan...

Pantesan dari tadi bersin-bersin. Rupanya nama saya disebut-sebut di sini. Xixixi~

@Chie:
Ttd di tiap halaman? o__o;
Kaya teken kontrak. (mari kita fantasikan bersama, kontrak apakah itu?)

Dewi Putri Kirana mengatakan...

*muncul karena namanya disebut-sebut*

Kyaa~aa Ruii~is!

Minta sayapnya duooonggg XD XD

Ternyata proses penulisan Dongeng Kanvas ini panjang juga ya. Thank you for sharing it with us, Luz.

Rikues dong, gambarnya diganti dengan gambar yang sayap Ruisnya lebih... bener.

*menyeringai duluan mikir effort yang mesti dikeluarin Luz*

Anonim mengatakan...

Whoaa kereen!!!
Dongeng Kanvas cerpen fav saia di FF2011
Uooo (fangirling)
**ikutan berburu tandatangan bareng chie (tapi saia blom pernah kopdar :(()

Yin

Hinokun mengatakan...

Ah aaah... ngebaca ini ngebuat gw pengen baca cerpennya *dah ada di tangan tapi ga sempet baca TAT*

vadis mengatakan...

Melihat cara Luz mendapatkan, mengolah dan mencampur idenya jadi seperti lukisan indah yang nyaris sempurna, saia jadi terinspirasi utk mengasah "taste and sense of fantasy" supaya bisa menciptakan cerita yg lbh "menggigit, nendang dan yeah, fantastis, deh!" (Duh bukannya dari dulu udah saia amati di forum?)

Luz Balthasaar mengatakan...

@Bu Tabib: bersin2? OMG. Yakin itu bukan karena flu Singapura, Bu? O_O
__

@Mbak DPK: Ada sketsanya sih. Tapi kapan-kapan aja saia terusin. Ada proyek lain yang lebih penting untuk dikerjain... :3
__

@Yin/Stez: Makasihhh T_T *terharu lebay* Kalaw memang maw, kirim buku dikau, tar saia coret2 dan saia kirim balik. #UsulRibetDanAneh
__

@Re: Baca dong Om, bacaaaaa~~~ Trus bikin komiknyaaahhh, jual di comicfair, duitnya kita bagi 2 buat makan-makan burger... #HipnosisMaksa
__

@Vadis: Hehe, makasih. Rajin baca-baca dan nonton fantasi aja. :3

Kencana mengatakan...

Saya udah beli dan baca semua cerpen Fantasy Fiesta! Kisah si pelukis buta juga salah satu fav saya.
Saya suka tokoh kakek dan Una.

Luz Balthasaar mengatakan...

@Mbak Kencana: Makasih berat yak!

Saia seneng kalau ada yang bilang suka sama Kakek. ^^

Kalau boleh minta Fantasy Fiesta 2011-nya direview dong, hehehe. :D

Maryos mengatakan...

Udah baca post ini dari lama, tapi baru bisa komen sekarang.

Ah, prosesnya... pantesan cerpen ini terlalu keren untuk tidak direnungi. Ulasan ini membuat saya langsung IC.

XD

Sukses terus Kak Luz, saya akan selalu *fangirling* sama Anda. :3

Luz Balthasaar mengatakan...

@Yosi ~Thankies~ ^^

Moga-moga apa yang saia tulis di sini bisa memancing ilham.

Tapi kalau Ilham gak kepancing, Saia harap Budi, Mamat dan Asep teuteup kepancing! #GaringGila

Anonim mengatakan...

woy,kenapa endingnya kayak gini,gw jadi nangis 9 jam,30menit,10 detik