Rabu, 16 Februari 2011

The Fandom Instruments ~ What I Learned From Cassandra Clare

Awal tahun benar-benar saat yang berat buat aku. Dua kali sakit parah berturut-turut, beberapa masalah penting yang harus diselesaikan, dan sebuah pilihan besar terkait kehidupan pribadi. Untungnya aku bisa melalui sebagian besarnya dengan baik. Semoga tahun ini menjadi tahun yang baik untuk pencapaian-pencapaian baru!
  
Sekarang setelah aku punya waktu untuk nulis rutin lagi di blog, aku mau mulai dengan share bahan-bahan bacaanku. Baru-baru ini aku membaca beberapa buku fantasi untuk young adult. Buku-buku ini tentu saja beda dari buku-buku fantasi untuk kelompok umur dewasa yang pernah kubaca. Ada beberapa hal yang kupelajari dari buku-buku fantasi YA ini yang layak dicatat.
   
  
Dua di antara bacaan baruku adalah City of Bones (CoB), buku pertama dari The Mortal Instruments, dan Clockwork Angel (CA), buku pertama dari trilogi The Infernal Devices. Dua-duanya karya Cassandra Clare.
 
(Mengamati judul-judul ini--Mortal Instruments, Infernal Devices--kutebak berikutnya Mbak Clare akan bikin Celestial Mechanism/Celestial Implements? Wakakakaka.)
 
Gimana ceritanya sampai aku tertarik membaca? Selentingan.
 
Selentingan pertama sepenuhnya positif. Banyak orang bilang CoB dan CA bagus, jadi sebagai manusia yang baru saja kehabisan bahan bacaan, tertariklah aku mengintip. Selentingan kedua kuakui bukan selentingan baik. Alas, manusia sinis itu bermental burung nasar; kalau ada bangkai, pastilah dia terbang turun untuk makan.
  
Aku mendengar bahwa pengarang CoB dan CA ini pernah membuat fan fiction Harry Potter yang kayaknya kontroversial, berjudul Draco Trilogy. Kenapa kontroversial? Pasalnya, karya itu mengandung paragraf dan quote dari banyak karya lain dan apa yang dianggap sebagai character derailment terhadap seorang Draco Malfoy. Begitupun, banyak orang suka fan fiction dimaksud. Gara-gara kontroversi itu Cassandra Clare memiliki fandom (dan hatedom) besar yang rupanya menarik sebuah penerbit, yang akhirnya menerbitkan karya originalnya.
   
Well, that’s the short version of the story. Cerita panjangnya aku kira bisa dicari sendiri di internet.
   
Aku mulai membaca CoB kira-kira awal Desember. Barangkali karena PDF yang kumiliki nggak terlalu bagus, aku berhenti kira-kira setelah seperempat jalan untuk beralih ke CA. Kelar dari CA, aku lanjut baca CoB lagi sampai selesai.
   
Ada beberapa hal yang bisa kupelajari dari CoB dan CA ini. Yang paling banyak adalah dari karakter. Cassandra Clare sepertinya menganut sistem konstelasi karakter yang stabil. Apa yang dimaksud dengan konstelasi karakter stabil? Maksudnya adalah, si pengarang memakai komposisi karakter/penjahat yang nyaris sama di dalam semua cerita yang dia buat.
  
Pengarang pertama yang kudengar memakai sistem ini adalah Osamu Tezuka. Begitupun, aku baru benar-benar mengamati sistem ini saat bergelut dengan dua karya Masami Kurumada: Saint Seiya, dan B’t X. Komposisi karakter pada kedua karya itu mirip banget. Silakan dilihat:
  
Pertama, ada tokoh utama yang berkepribadian tipikal tokoh utama shonen-manga. Pegasus Seiya dan Takamiya Teppei praktis orang yang sama. Bahkan sampai lambang mereka. Satu pegasus, satu kirin. Sama-sama kuda terbang.
 
Kedua, mentor cewek yang galak kayak sersan pelatih di film-film tentara tapi sebenarnya baik. Pegasus Seiya punya Aquila Marin, dan Teppei punya Karen.
 
Ketiga, nakama alias konco-konco, dengan spesifikasi:
 
Kuat dan Kalem: Dragon Shiryu di Saint Seiya, Ron di B’t X. Nggak terbantah karena simbol mereka sama-sama naga.
 
Manusia dingin/tega: Cygnus Hyoga dan Phoenix Ikki di Saint Seiya, Fou Lafine di B’t X. Hampir persis. Penampilan dan kepercayaan Fou mirip Hyoga, (sama-sama pirang, sama-sama memiliki motif Kristiani), tapi partnernya adalah dengan B’t Je T’aime, yang berbentuk Phoenix.
 
Pasifis: Andromeda Shun dan Aries Mu di Saint Seiya, Hokuto di B’t X. Secara simbol nggak mirip, tapi secara sifat mirip. Hokuto pasifis seperti Shun, dan jago memperbaiki B’t seperti Mu jago memperbaiki saint cloth.
 
Kuharap gambaran di atas bisa memberikan penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan konstelasi stabil.
 
Pertanyaannya, apakah sistem konstelasi stabil untuk karakter ini bagus, atau jelek? Tidak keduanya an sich. (Bentar Mbak, an sich apaan sih? An sich itu bahasa pretensius yang saia pelajari dari Om Immanuel Kant untuk menyebut “dengan sendirinya.”) Konstelasi stabil ini adalah sistem, alat, dan seberapa bagusnya suatu sistem atau alat bergantung pada siapa atau bagaimana caranya ia dipakai.
 
Bagaimana konstelasi stabil dipakai di dalam CoB dan CA? Kira-kira begini.
 
Satu, ada tokoh utama cewek yang tidak tahu kalau dirinya istimewa, merasa dirinya tidak cantik tetapi entah kenapa dijatuhi cinta sama dua tokoh utama cowok: Clarissa Fray di CoB, Theresa Gray di CA. Heh, bahkan nama mereka mirip.
 
Dua, harus, kudu, dan pasti ada di genre Paranormal YA romance: Bad Boy Love Interest. Jace Wayland di CoB, Will Herondale di CA.
 
Ketiga, yang juga kudu wajib mesti ada di genre Paranormal YA Romance: Nice Guy Love Interest. Simon Lewis di CoB, James Carstairs di CA.
 
Dan yang harus juga ada, seorang Bitc*y Other Woman (BOW). Isabelle Lightwood di CoB, Jessamine Lovelace di CA. Jessamine agak lebih Bitc*y, tapi mereka sama.
 
Pendapatku soal ini? Dibandingkan Saint Seiya-B’t X yang ‘mirip tapi nggak persis’. CoB-CA jelas kalah jauh dari sisi variasi.
 
Apalagi kalau aku mempertimbangkan konstelasi karakter di fan fiction Draco Trilogy.
 
Aku beruntung bisa mendapat tautan ke salah satu karya awal Mbak Clare itu. Sejauh ini aku baru membaca 3/4 bagian dari Draco Dormiens, buku pertama dalam Draco Trilogy. Tapi aku sudah bisa melihat bahwa karya ini pun memakai konstelasi karakter yang sama. Hermione Granger sebagai heroine, Draco Malfoy sebagai Bad Boy Love Interest, dan Harry Potter sebagai Nice Guy Love Interest. Peran BOW secara gotongroyong dimainkan oleh Pansy Parkinson, Cho Chang, dan Ginny Weasley.
 
Atau, menurut yang kudengar dari yang sudah baca seri selanjutnya, kadang Ginny jadi heroine-nya, Hermione jadi BOW-nya.
 
Ini berarti, Mbak Clare sudah menghasilkan tiga cerita dengan tokoh-tokoh yang praktis copas. Di satu sisi ini bisa menjadi ciri khas pengarang. Ditambah lagi target pembaca CoB dan CA umumnya adalah mereka yang bisa melakukan identifikasi fantasi dengan formula dua-cowok-ganteng-rebutan-satu-cewek-yang-kata-pengarang-biasa-biasa-saja. Terbukti buku ini laris bak kacang goreng dan jadi New York Times Bestseller. Seperti yang dibilang salah seorang reviewer di Goodreads, “Romance sells. End of story.”
 
Tapi di sisi lain, aku sedikit bosan membaca cerita dengan karakter yang sama tiga kali. Serius. Tessa Gray dan Clary Fray Cuma Ginny /Hermione dalam fan fiction Draco Trilogy yang diganti nama. Poin ini juga kayaknya lumayan sering dijadikan kritik oleh mereka yang kurang suka sama karya-karya Mbak CC.
  
Tapi tunggu. Apa salahnya makai karakter yang sama, kalau plotnya beda?
 
Inilah hal kedua yang kupelajari dari Cassandra Clare. Plotnya memang beda, tapi premis dasarnya nggak. Baik Clary maupun Tessa menghadapi masalah yang sama, yaitu bahwa mereka sama-sama mencari rahasia asal-usul mereka--mengingat mereka punya kekuatan yang aneh bahkan untuk ukuran Shadowhunter--dan sama-sama terjebak diantara dua cowok.
 
Menyadari ini, aku nggak bisa nggak membandingkannya lagi dengan karya Masami Kurumada yang kusebut di atas. Saint Seiya dan B’t X. Kedua cerita ini memiliki konstelasi yang sama. Premisnya mirip. Masalah tokoh utamanya pun sekilas copas: sama-sama mencari saudara yang ilang.

Bedanya, mencari saudara bukan masalah utama Pegasus Seiya. Masalah utamanya adalah menjadi pengawal Athena. Sebaliknya, mencari sang kakak adalah masalah utama Teppei, dan Teppei nggak punya tugas mengawal siapa-siapa.
 
Balik ke karya-karya Mbak Clare, premis dan karakter yang copas menambah alasan buatku untuk gagal menyukai karya-karya yang bersangkutan. Apalagi karena aku mulai membaca dengan mengetahui ‘sejarah’ si pengarang di komunitas fan fiction. Yaitu, bahwa Mbak Clare banyak ‘meminjam’ dari berbagai sumber saat menulis Draco Trilogy. Diantaranya dari Buffy The Vampire Slayer dan Blackadder. Tampaknya kebiasaan pinjam meminjam ini keterusan. Jadi, begitu yang bersangkutan membuat karya original, dia tetap meminjam.
 
Tentu, 'peminjaman’ yang dilakukan Mbak kita berbeda dulu dan sekarang. Dulu dia mungkin meminjam dari karya lain, sesuatu yang sepenuhnya diperbolehkan dalam lingkaran fan fiction. Namun, di CA dan CoB dia nggak melakukan itu lagi. Kenapa? Karena mengutip paragraf tanpa menyebutkan sumbernya adalah pelanggaran hak cipta. (Terutama kalau seperti Mbak Clare, anda terkenal dan asik untuk digugat-gugat. Hihihi. Simpati saya bersama anda, Mbak.)
 
Oleh sebab itu, Mbak Clare meminjam dari karyanya sendiri. It is perfectly legal, of course; copying your own work is not plagiarism. Tapi aku tentu saja akan bertanya, “Ngopi terus, Mbak? Sekali-sekali ngeteh napa?"
 
Maksudnya, males banget ga sih, ngopi terus, ngopi terus?
 
Ada orang yang nggak bakalan setuju dengan pernyataan ini. Kalau pasar suka, kenapa nggak copas terus dan kasih cerita yang sama selama mereka mau? Good point. 

Kuakui bahwa cerita CoB, CA, dan bahkan Draco Trilogy bukan jenis cerita yang kusuka.Terlalu dangkal, terlalu derivatif, terlalu gampang, itu kalau mau alasan singkatnya. Kalau mau alasan panjangnya bisa-bisa aku nggak beres-beres nulis entry ini.
 
Dan kalau orang tidak suka makan terong, adalah mustahil jika dia bahagia diajak ke all-u-can-eat yang semua menunya terong.
 
Namun, tak bisa dipungkiri bahwa CoB dan CA ini dipasarkan pada target market yang tepat. Inilah hal ketiga yang kupelajari. Banyak orang mencari bacaan yang gampang dan nggak berat. Jika mereka meminta ayam goreng, berikanlah mereka ayam goreng selama mereka meminta. Di antara para pelahap ayam ini tentunya ada yang akan terus melahap ayam Mbak Clare sampai tua. Tapi pastinya ada juga yang berhenti pada satu titik. Entah karena mereka akhirnya bosan pada repetisi, atau mereka bertambah usia dan menyadari bahwa kedua buku ini, “kayaknya pas gue baca waktu masih remaja dulu keren, tapi kok sekarang nggak segitunya ya?”
 
Kesimpulannya, Cassandra Clare adalah kasus lain dimana pemasaran yang tepat dan wish-fulfillment target market merupakan langkah mujarab. Untuk selanjutnya aku tertarik mengamati seberapa mujarab langkah itu. Juga, seberapa jauh Mbak Clare bisa terus-menerus melakukan copas karakter dan plot? Apakah akhirnya yang bersangkutan berhenti melakukan copas? Apakah sang pengarang ini bisa membuat dunia, plot, dan karakter yang nggak melulu berkisar pada dunia Shadowhunter, fantasi campursari, dan cinta segitiga yang (bau-baunya) udah pasti dimenangi oleh Bad Boy-nya?
 
Sementara itu, aku harus pamit sampai minggu berikutnya. Karyaku sendiri telah memanggil.
 
 
 
 
Luz Balthasaar

20 komentar:

juni mengatakan...

oh, CC... kalau hanya masalah cerita n karakter pas2an tp banyak fans sih ga terlalu masalah *cough*twilight*cough* tapi kalau udah contek-mencontek waah kecewa banget deh rasanya...

btw, Luz, kapan novelnya terbit? :D baru baca review2 Luz aja udah keren banget gitu apalagi kalo dalam bentuk novel! ditunggu yaaa... ^_^

Luz Balthasaar mengatakan...

@Juni: Yaaa, itulah yang kudapat setelah meneliti Cassie Clare. No offense buat fans Mbak Clare ya. Kalau memang ada fans yang mau bilang sesuatu untuk mengkontra tulisanku, silakan aja.

Kalau soal novel terbit, kuusahakan pertengahan tahun ini kirim naskah. terbitnya kapan, entahlah. Tapi aku sudah nerbitin satu kumpulan cerpen sama teman-teman. Monggo dilihat:

Fantasy Fiesta 2010

Anonim mengatakan...

Kayaknya cuma nopelmu yang bisa membuatmu mengalami "intellectual orgasm" :))

Udah dibudgetin seratus rebu dari tau kapan buat beli nopelmu he he

Ngg...ga jadi bahas harrypotterism dan eragonism?

Zenas

Luz Balthasaar mengatakan...

@Zenas, hahaha, ngasih beban berat sebelum terbit nih.

Yang pasti sih Om, aku akan ngirim tahun ini. Moga2 kalau terbit bisa memuaskan mereka yang suka karyaku.

HarryPotterism dan Eragonism mungkin mau kusimpan buar repiu Icylandar aj. Ntar lg kusetor ke Om Soto(y).

FA Purawan mengatakan...

Tetap perlu dicatat: Cover Serial Mortal Instrument, gue senaaaaaaaaang banget sama kekiniannya, art-nya dan konsistensinya!

One Thing yang FikFan lokal masih harus catch-up: cover art. Even standar IF buat gue masih belum cukup.

He he he

FA Pur

Luz Balthasaar mengatakan...

Masa si Om, segitu bagusnya? Kalau aku malah ngerasa agak 'salah'.

Masalahnya gini. Tokoh utamanya kan itu umur 15-16 tahun. Tapi di cover depannya itu, yang aku asumsikan bodinya Jace, kok gede amat yak?

Dan majang-majang body cowok kayak gitu rasanya agak terlalu Harlequin. Atau malah dah cenderung ke novel-novel QueerLit erotik. Hehehe.

Tapi pas kali ya ke target market yang baca ini demi ngecengin Jace Wayland?

Dua seri MI lain covernya lebih bagus. Suka yang City of Ashes.

Mengenai IF, aku pikir IF bisa bikin artwork keren. Nggak terbantah. Tapi artwork keren nggak selalu berarti cover yang stand out. Padahal kita butuh cover yang stand out.

Case in point. Hush Hush. Aduh. Covernya stand out abis meski warnanya minimalis. Tapi isinya sih... /swt.

Yang ini stand out juga covernya, Ink Exchange.

Anonim mengatakan...

He he he, ngomong2 soal plagiarisme:

http://en.wikipedia.org/wiki/Plagiarism#Self-plagiarism

Eniwey, kok malah jadi pengen baca mortal instrumen ya :D

Nice article, mba. Ditunggu novelnya :-)

Adrian

Luz Balthasaar mengatakan...

@Adrian: Ternyata copas kerjaan sendiri bisa ya dihitung plagiarisme?

*baca*

Tapi kayaknya itu nggak bermasalah ke copyright (kecuali hak ciptanya dah dipindahin,) dan cuma jadi masalah kalau hak cipta itu pindah, atau jika itu teks akademik.

Eniwei, kalau baca MI, sekalian baca sama CA dan Draco Trilogy aja.

Soal Novelku: Baiklah, ini sedang berusaha! Wismilak, Om!

eri mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
eri mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
aocchi mengatakan...

wew, saya pernah baca resensi tentang CA, tapi tidak CoB. Saya gak nyangka kalau ide cerita keduanya nyaris sama, mengingat pengarangnya yang juga sama. Hmm, saya jadi ingin baca dan membandingkannya juga :P

Anoo.. ternyata copas karya sendiri juga terhitung plagiarism ya? Saya baru tahu..

Anyway, saya suka sekali dengan cerpen 'Kota Para Penjarah', idenya menarik. Saya gak kepikiran sama sekali ide semacam itu. Dan gaya penceritaannya bagus.. XD

Anggra mengatakan...

*ngakak*
Lapor! Saya pembaca Clare yang setia! XD
Tapi aku ketawa membaca tulisanmu ini. Karena tipikal itu lah yang aku temui selagi awal2 membaca CA. Makanya memang aku merasa boring membaca CA (FYI, aku menghabiskan serial city dulu baru pindah ke CA). Dan memang persis katamu, kurasa aku membaca novel Mbak Clare untuk refreshing aja. :P

Apa mungkin membuat karakter tipikal seperti ini memang udah lumrah di kalangan penulis roman ya? *nengok buku2 harlequin*

btw minta izin menautkan blogmu ya.. :)

Luz Balthasaar mengatakan...

@aocchi: Thank you so much karena suka ceritaku. Aku akan terus belajar supaya bisa bikin cerita yang lebih keren lagi!

Coba aja dibandingkan. CoB sedikit lebih banyak aksi, tapi konstelasi karakternya sama.

@Anggra: Ohohoho, silakan ditautkan Mbak. Di blog km ya? Ntar aku taut blog km disini juga.

Soal CC, aku juga baca demi belajar bikin tulisan untuk YA. Kayaknya aku nggak akan lanjutin baca karya CC. Udah kadung jatuh cinta sama The Hunger Games dan Leviathan.

Baidewei, kalau km suka CC, baca Iron King-na Julie Kagawa nggak? kalau baca, kasi pendapat km dunk?

Anggra mengatakan...

Iron King? humm.. bagus ya? Ada aroma fairy-fairy-nya kan? saya memang sudah beberapa kali melirik tapi agak ragu. Takutnya cuma ngikutin ngikutin CB aja (seperti kasus hush hush plagiat twilight =_=)

btw Kamu suka hunger games? sama dong! :D
ohya, ini blog-ku. baru pindahan dari wordpress jadi masih sepi ^^
http://theafternoonstory.blogspot.com/

Luz Balthasaar mengatakan...

Ah, I cee. Buat aku sih oke. Lain dari CC. Klo ragu coba pinjem dl aj.

Klo Hunger Games ga usa ditanya2 in lg . Sukaaaa... >:D~

Aku baru kelar baca Catching Fire. Tar klo ada duid lagi baru cari Mockingjay.

Okay, dah kutaro link blog kamu di samping. Thanks!

Anggra mengatakan...

hooo.. gitu ya? kalo luz yang rekomendasiin mungkin bagus :D nanti akan kucoba cari deh :P

hunger games sudah habis kubaca. entah kenapa, aku merasa buku ke3nya ga sebagus yang pertama n kedua. tapi tetap seru dan lebih bagus daripada buku2 fantasi yang selama ini kubaca. endingnya manthap! XD

thx! blogmu juga sudah di-link di tempatku :)

Ivon mengatakan...

pffft, baru baca fanfic Draco Trilogy sedikit, langsung ilfil habis liat kalimat ini:

"Draco took a glance at his Rolex (watch)."

serius. Rolex. seorang penyihir yang amat mengagungkan darah murni, ditulisnya memakai barang muggle...hurhurhur...*facepalm*

yea, ak tahu, ini fanfic...tapi fanfic apa enggak harusnya juga perhatiin hal-hal 'kecil' seperti ini? dengan perkecualian fanfic parodi sih...

penulisannya lumayan rapi...
(walau aura Harpot yg biasanya udah gag kerasa lagi :p)

dan adegan Harmione nangis itu...padahal rasanya diy cewek yg lebih tegar daripada itu...hahahaha...

Luz Balthasaar mengatakan...

Kelemahannya CC juga itu.

Di tangan dia karakter Harpot dipaksa OOC biar muat ke dalam konstelasi sempit yang dia kuasai: bad boy, good boy, heroine.

Jeleknya, pas memuat karakter ke dalam konstelasinya, dia membuang beberapa canon trait yang paling mendefinisikan karakter itu. Misalnya seperti yang kamu sebut. Malfoy yang anti muggle make Rolex. Dan (nantinya) Armani.

Kalau Malfoy jadi bad boy secara in character (misalnya, dia make jam dan haute couture merk penyihir gitu,) ya oke.

Tapi Rolex dan Armani... aku mendengar teriak-teriak kaum canonazi HP yg lgi demo...

Anonim mengatakan...

Maaf y, jujur aku gk sengaja kesasar disini waktu lagi nyari artikel di internet.... Kebetulan aku penggemar novel novel fantasi...
klo menurutku cerita Cassie emang rada mirip sama Harry Potter, tapi sayangnya... aku usah sering baca cerita cerita kayak gini yang emang mirip sama novel novel fantasi terkenal kayak harry potter,dll.
Jadi kataku Cassie gk copas,karena klo misalnya kayak gitu kita bilang copas atau plagiat, kita bisa bilang buku hex hall plagiat harry potter
buku warm bodies plagiat twilight
dll.

Luz Balthasaar mengatakan...

@anonim, thanks udah datang, pertama-tama.

Kedua, saia nggak yakin anda ngeh sama pembahasan di sini. Kita nggak sedang menyebut Cassie Clare plagiat HP. Kita sedang membahas sistem Stable Cast of Characters, dan bagaimana Clare terus-terusan menggunakan ide karakter yang sama dari jamannya dia nulis fanfic.

Intinya: pertanyaannya bukan apakah Cassie plagiat Harry Potter atau tidak. Pertanyaannya apakah mendaur ulang ide sendiri itu bisa dihitung plagiarisme, atau tidak?

Tentu kalau dari sudut apakah ada yang dirugikan, jawabannya "Tidak." Tapi apakah itu terasa lazy writing atau one trick pony, seems awfully so.

Tapi beda buku tentunya beda kasus. Kalau katanya anda penggenar Novel Fantasi, sudah baca The Magisterium karya pengarang yang sama?

Coba anda baca itu. Setelahnya, tanyakan pada diri anda sendiri dan jawab dengan jujur: apa Clare benar-brnar nggak nyerempet plagiat Harpot di cerita itu?

Ijinkan saia ngasih anda sedikit bahan awal: https://www.goodreads.com/book/show/20578940-the-iron-trial

Selamat membaca.